BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara
merupakan komponen kehidupan dan perikehidupan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan
hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa
udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.
Diperkirakan orang tanpa makan dapat bertahan 5
minggu,tanpa air dapat bertahan 5 hari, tanpa udara hanya mampu bertahan 5
menit. Pernyataan di atas merupakansuatu pernyataan yang mengingatkan kita
betapa pentingnya udara, bukan sekedar udara biasa, tapi udarabersih yang
memiliki fungsi sebagai pendukung kehidupan, baik manusia, hewan ataupun
tumbuhan.
Komposisi udara udara
bersih 78,09% Nitrogen, 20,94% Oksigen, 0,93% Argon, 0,0032% CO2, sisanyaunsur
lainnya (Stern C Arthur, 1976, 27). Komposisi udara tersebut sangat ideal untuk
kehidupan baik,manusia, tumbuhan maupun hewan. Kompoisi terbanyak adalah
Nitrogen, bukan oksigen ataukarbondioksida. Hal ini dapat dipahami bahwa
Nitrogen banyak dibutuhkan tumbuhan sebagai bahan dasarmakanan untuk
kelangsungan hidupnya. Tumbuhan pada hakekatnya penghasil oksigen yang
sangatdibutuhkan manusia dan hewan, sebagai imbal baliknya manusia dan hewan
menghasilkan CO2 yangdibutuhkan oleh tumbuhan. Maka untuk
mempertahankan keadaan tersebut keberadaan Nitrogen perludi pertahankan. Dapat dibayangkan bila Nitrogen rendah
proporsinya, maka tumbuhan akan mati atau tinggalsedikit, otomatis oksigen yang
diproduksi juga sedikit, akibatnya manusia dan hewan akan kekurangan oksigen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peranan udara bagi kehidupan manusia?
2. Apa kandungan unsur-unsur dalam udara ?
BAB II
PEMBAHASAN
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon
dioksida, dan gas-gas
lain.
Kandungan elemen senyawa gas dan
partikel dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan
troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga
melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.
Apabila
makhluk
hidup bernapas,
kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.
Di antara gas-gas yang membentuk udara
adalah seperti berikut :
A. Helium
Helium (He) adalah unsur kimia yang tak berwarna, tak berbau, tak
berasa, tak beracun, hampir inert,
monatomik, dan merupakan unsur pertama pada seri gas mulia dalam tabel periodik dan memiliki nomor atom 2. Di Mars hanya sedikit Helium.
Titik didih dan titik leburnya merupakan yang terendah dari unsur-unsur lain
dan ia hanya ada dalam bentuk gas kecuali dalam kondisi "ekstrem".
Kondisi ekstrem juga diperlukan untuk menciptakan sedikit senyawa helium, yang semuanya tidak stabil
pada suhu
dan tekanan standar.
Helium memiliki isotop
stabil kedua yang
langka yang disebut helium-3. Sifat
dari cairan varitas helium-4; helium I dan helium II; penting bagi
para periset yang mempelajari mekanika kuantum (khususnya dalam fenomena superfluiditas) dan bagi mereka yang mencari efek mendekati suhu nol absolut yang dimiliki benda (seperti superkonduktivitas).
Helium
adalah unsur kedua terbanyak dan teringan di jagad raya dan salah satu unsur yang diciptakan
pada saat nukleosintesis
Big Bang. Dalam Jagad
Raya modern hampir seluruh helium baru diciptakan dalam proses fusi nuklir hidrogen di dalam bintang. Di Bumi, unsur ini diciptakan oleh peluruhan
radioaktif dari unsur
yang lebih berat (partikel
alfa adalah nukleus
helium). Setelah penciptaannya, sebagian darinya terkandung di udara (gas
alami) dalam konsentrasi sampai 7% volume. Helium dimurnikan dari udara oleh
proses pemisahan suhu rendah yang disebut distilasi fraksional.
Pada
1868, astronom Perancis Pierre Jules César Janssen mendeteksi
pertama kali helium
sebagai signatur garis
spektral kuning yang
tak diketahui dari cahaya dari gerhana matahari. Sejak itu kandungan helium besar
banyak ditemukan di ladang gas alam di Amerika Serikat, yang merupakan penyedia gas
terbesar. Helium digunakan dalam kriogenik, sistem pernafasan laut dalam, untuk
mendinginkan magnet superkonduktor, dalam "penanggalan helium", untuk pengembangan balon, untuk mengangkat kapal udara dan sebagai gas pelindung untuk
penggunaan industri (seperti "pengelasan busar") dan penumbuhan wafer silikon). Menghirup sejumlah kecil gas ini
akan menyebabkan perubahan sementara kualitas suara seseorang.
B. Nitrogen
Nitrogen (Latin nitrum, Bahasa Yunani Nitron berarti "soda
asli", "gen", "pembentukan") secara resmi ditemukan
oleh Daniel Rutherford pada 1772, yang menyebutnya udara beracun atau udara
tetap. Pengetahuan bahwa terdapat pecahan udara yang tidak membantu dalam pembakaran telah diketahui oleh ahli kimia sejak akhir abad ke-18 lagi. Nitrogen juga dikaji pada masa yang lebih
kurang sama oleh Carl
Wilhelm Scheele, Henry Cavendish, dan Joseph Priestley, yang menyebutnya sebagai udara terbakar
atau udara telah flogistat. Gas nitrogen adalah cukup lemas sehingga
dinamakan oleh Antoine
Lavoisier sebagai azote,
daripada perkataan Yunani αζωτος yang bermaksud "tak
bernyawa". Istilah tersebut telah menjadi nama kepada nitrogen dalam
perkataan Perancis dan kemudiannya berkembang ke
bahasa-bahasa lain.
Nitrogen atau zat lemas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang N dan nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas
tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan merupakan gas diatomik bukan logam yang
stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lainnya. Dinamakan zat
lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi dengan unsur lainnya.
Nitrogen
mengisi 78,08 persen atmosfir Bumi dan terdapat dalam banyak jaringan
hidup. Zat lemas membentuk banyak senyawa penting seperti asam amino, amoniak, asam nitrat, dan sianida.
Nitrogen
adalah zat non logam, dengan elektronegatifitas 3.0. Mempunyai 5 elektron di
kulit terluarnya. Ikatan rangkap tiga dalam molekul gas nitrogen (N2) adalah yang terkuat. Nitrogen mengembun pada
suhu 77K (-196oC) pada tekanan atmosfir dan membeku pada suhu 63K
(-210oC).
Senyawa
nitrogen diketahui sejak Zaman Pertengahan Eropa. Ahli alkimia mengetahui asam nitrat sebagai aqua fortis. Campuran asam hidroklorik dan asam nitrat dinamakan akua regia, yang diakui karena kemampuannya
untuk melarutkan emas. Kegunaan senyawa nitrogen dalam bidang pertanian
dan perusahaan pada awalnya ialah dalam bentuk kalium nitrat,terutama dalam penghasilan serbuk
peledak (garam mesiu), dan kemudiannya, sebagai baja dan juga stok makanan ternak kimia.
Hidrida utama nitrogen ialah amonia (NH3) walaupun hidrazina (N2H4)
juga banyak ditemukan. Amonia bersifat basa dan terlarut sebagian dalam air membentuk ion ammonium (NH4+).
Amonia cair sebenarnya sedikit amfiprotik dan membentuk ion ammonium dan amida (NH2-); keduanya dikenal sebagai garam amida dan nitrida (N3-),
tetapi terurai dalam air.
Gugus bebas amonia dengan atom
hidrogen tunggal atau ganda dinamakan amina. Rantai, cincin atau struktur hidrida nitrogen yang lebih besar juga
diketahui tetapi tak stabil.
Nitrogen
merupakan unsur kunci dalam asam amino dan asam nukleat, dan ini menjadikan nitrogen penting
bagi semua kehidupan. Protein disusun dari asam-asam amino, sementara
asam nukleat menjadi salah satu komponen pembentuk DNA dan RNA. Polong-polongan, seperti kedelai, mampu menangkap nitrogen secara
langsung dari atmosfer karena bersimbiosis dengan bakteri bintil akar.
Ada
2 isotop Nitrogen yang stabil yaitu: 14N dan 15N. Isotop
yang paling banyak adalah 14N (99.634%), yang dihasilkan dalam
bintang-bintang dan yang selebihnya adalah 15N. Di antara sepuluh
isotop yang dihasilkan secara sintetik, 1N mempunyai paruh waktu selama
9 menit dan yang selebihnya sama atau lebih kecil dari itu.
Limbah
baja nitrat merupakan penyebab utama pencemaran air sungai dan air bawah tanah.
Senyawa yang mengandung siano(-CN) menghasilkan garam yang sangat beracun dan
bisa membawa kematian pada hewan dan manusia.
Peranan
nitrogen dalam perindustrian relatif besar dan industri yang menggunakan unsur dasar nitrogen sebagai bahan baku utamanya disebut pula sebagai
industri nitrogen. Nitrogen yang berasal dari udara merupakan komponen utama
dalam pembuatan pupuk dan telah banyak membantu
intensifikasi produksi bahan makanan di seluruh dunia. Pengembangan proses
fiksasi nitrogen telah berhasil memperjelas berbagai asas proses kimia dan
proses tekanan tinggi serta telah menyumbang banyak perkembangan di bidang teknik kimia.
Sebelum
adanya proses fiksasi (pengikatan) nitrogen secara sintetik, sumber utama
nitogen untuk keperluan pertanian hanyalah bahan limbah dan kotoran hewan,
hasil dekomposisi dari bahan-bahan tersebut serta amonium sulfat yang
didapatkan dari hasil sampingan pembuatan kokas dari batubara. Bahan-bahan seperti ini tidak mudah
ditangani belum lagi jumlahnya yang tidak mencukupi semua kebutuhan yang
diperlukan.
Salpeter Chili, salpeter dari
air kencing hewan dan manusia, dan amonia yang dikumpulkan dari pembuatan kokas menjadi penting
belakangan ini tetapi akhirnya disisihkan lagi oleh amonia sintetik dan nitrat. Amonia
merupakan bahan dasar bagi pembuatan hampir semua jenis produk yang memakai
nitrogen.
Catatan
pertama mengenai usaha pembentukan senyawa nitrogen sintetis pertama dilakukan
oleh Priestley dan Cavendish yang
melewatkan percikan bunga api listrik di dalam bejana berisi udara bebas dan akhirnya
mendapatkan nitrat setelah
sebelumnya melarutkan oksida yang terbentuk dalam reaksi dengan alkali. Penemuan ini cukup besar di masanya, mengingat
kebutuhan senyawa nitrogen untuk pupuk yang besar namun sayangnya alam tidak cukup
untuk memenuhinya. Karena itu, adanya senyawa nitrogen yang dapat dibuat di
dalam laboratorium memberikan peluang baru.
Namun
usaha komersial dari proses ini tidak berjalan dengan mudah mengingat banyaknya
kebutuhan energi yang besar dan efisiensinya yang
terlalu rendah. Setelah ini banyak proses terus dikembangkan untuk perbaikan.
Nitrogen pernah juga diikatkan dari udara sebagai kalsium sianida, namun tetap saja proses ini masih terlalu mahal.
Proses-proses lain juga tidak terlalu berbeda, seperti pengolahan termal atas
campuran oksida nitrogen (NOX), pembentukan sianida dari berbagai sumber nitrogen, pembentukan
aluminium nitrida, dekomposisi amonia dan sebagainya. Semuanya tidak
menunjukkan harapan untuk dapat dikomersialkan walaupun secara teknis semua
proses ini terbukti dapat dilaksanakan.
Sampai akhirnya Haber dan Nernst
melakukan penelitian yang menyeluruh tentang keseimbangan antara nitogen dan hidrogen di bawah tekanan sehingga membentuk
amonia. Dari penelitian ini pula didapatkan beberapa katalis yang sesuai.
Reaksi ini sebenarnya membutuhkan tekanan sistem yang tinggi, tetapi pada masa
itu peralatan yang memadai belum ada dan mereka merancang peralatan baru untuk
reaksi tekanan tinggi (salah satu sumbangan dari perkembangan industri baru
ini).
Bukan
peralatan tekanan tinggi saja yang akhirnya tercipta karena dipicu oleh
tuntutan industri nitrogen ini. Haber dan Bosch, ilmuwan
lain yang bekerjasama dengan Haber, juga mengembangkan proses yang lebih
efisien dalam usahanya menghasilkan hidrogen dan nitrogen murni. Proses
sebelumnya adalah dengan elektrolisis air untuk menghasilkan hidrogen
murni, dan distilasi udara cair untuk mendapatkan nitrogen murni yang kedua usaha ini masih terlalu
mahal untuk diaplikasikan dalam mengkomersialkan proses baru pembuatan amonia
mereka. Maka mereka menciptakan proses lain yang lebih murah.
Usaha
bersama mereka mencapai kesuksesan pada tahun 1913 ketika berhasil membentuk amonia pada tekanan tinggi. Proses baru ini
masih memerlukan banyak energi namun pengembangan lebih lanjut terus dilakukan.
Dengan cepat proses ini berkembang melebihi proses sintetis senyawa nitrogen
lainnya, dan menjadi dominan sampai sekarang dengan perbaikan-perbaikan besar
masih berlanjut.
Bahan
baku utama yang banyak digunakan dalam industri nitrogen adalah udara, air, hidrokarbon dan tenaga listrik. Batubara dapat menggantikan hidrokarbon namun
membutuhkan penanganan yang lebih rumit, sehingga proses menjadi kompleks dan
berakibat pada mahalnya biaya operasi.
Dari
semua macam senyawa nitrogen, amonia adalah senyawa nitogen yang paling
penting. Amonia merupakan salah satu senyawa dasar nitogen yang dapat
direaksikan dengan berbagai senyawa yang berbeda selain proses pembuatan amonia
yang sudah terbukti ekonomis dan efisiensinya yang sampai sekarang terus
ditingkatkan. Sebagian besar amonia diperoleh dengan cara pembuatan sintetis di
pabrik dan sebagian kecilnya diperoleh dari hasil samping suatu reaksi.
Penggunaan
gas amonia bermacam-macam ada yang langsung digunakan sebagai pupuk, pembuatan pulp untuk kertas, pembuatan garam nitrat dan asam nitrat, berbagai jenis bahan peledak, pembuatan senyawa nitro dan berbagai jenis refrigeran. Dari gas ini juga dapat dibuat urea, hidrazina dan hidroksilamina.
Gas
amonia banyak juga yang langsung digunakan sebagai pupuk, namun jumlahnya masih
terlalu kecil untuk menghasilkan jumlah panen yang maksimum. Maka dari itu
diciptakan pupuk campuran, yaitu pupuk yang mengandung tiga unsur penting untuk
tumbuhan (N + P2O5 + K2O). Pemakaian yang
intensif diharapkan akan menguntungkan semua pihak.
Amonia
kualitas komersial meliputi NH3 cair murni dan yang larut dalam air
dengan konsentrasi 28 %NH3. Transportasi bahan ini sebagian
besar memakai tangki silinder dan sebagian lagi ada yang langsung disalurkan
melalui pipa. Belakangan ini pemakaian pipa mulai berkembang pesat, terutama dari
pusat produksi ke pusat distribusi yang keseluruhan panjangnya bisa mencapai
1.000 Km.
2N2(g)
+ 3H2(g) ==> 2NH3(g)
Karena
molekul produk amonia mempunyai volum yang lebih kecil dari jumlah volum
reaktan maka keseimbangan akan bertambah ke arah amonia dengan peningkatan
tekanan. Peningkatan suhu reaksi menyebabkan memberikan efek yang sebaliknya
terhadap keseimbangan karena reaksi bersifat eksotermis, namun memberikan efek positif terhadap laju reaksi. Maka dari itu perlu dihitung suhu optimal agar
menghasilkan keuntungan yang maksimum.
Agar
peralatan dapat dibuat sekompak mungkin, maka perlu dipikirkan pemberian
katalis agar laju reaksi dapat berjalan dengan cepat karena reaksi hidrogen dan
nitrogen berjalan sangat lambat.
Banyak jenis katalis yang digunakan
secara komersial di berbagai pabrik, namun yang umum digunakan adalah katalis besi dengan tambahan banyak promotor seperti oksida aluminium, zirkonium, silikon dengan konsentrasi 3 % atau oksida kalium sekitar 1 %.
Pembuatan amonia terdiri dari enam
tahap:
- Pembuatan gas-gas pereaksi
- Pemurnian
- Kompresi
- Reaksi katalitik
- Pengumpulan amonia yang terbentuk
- Resirkulasi
Biaya pembuatan amonia sangat
tergantung pada tekanan yang digunakan, suhu dan katalis selain bahan yang
digunakan.
Amonium
nitrat atau dengan sebutan NH4NO3 (ammonium nitrate)
dapat dibuat dengan amonia dan asam nitrat sebagai bahan bakunya. proses
pembuatan amonium nitrat pun ada beberapa macam antara lain : 1. Proses
Prilling 2. Proses Kristalisasi, dan 3. Proses Stengel atau Granulasi dari
ke-tiga tahap tersebut, adalah proses kristalisasilah yang paling mudah;
prosesnya; bahan baku amonia dan asam nitrat masuk ke reaktor dengan bentuk
fasenya adalah amonia masih berupa gas dan asam nitrat telah berupa fase
liquid. dari reaktor semua bahan baku tersebut di lanjutkan ke evaporator lalu
dikristalizer dan akhirnya di separator dan jadilah amonium nitrat.
C. Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan
dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi
oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2
yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa dan unsur
paling melimpah di kerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9%
volume atmosfer bumi..
Semua
kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi,
dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2
dihasilkan dari air oleh sianobakteri, ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup.
Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yang merupakan bentuk kehidupan
paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2
kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang
lalu. Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan
produk samping dari asbut.
Oksigen
secara terpisah ditemukan oleh Carl
Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley
lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak.
Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777, yang eksperimennya
dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan
distilasi bertingkat udara cair, dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan nitrogen dari udara, ataupun elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam
produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan pada pesawat terbang, kapal selam, penerbangan luar angkasa, dan penyelaman.
Pada
temperatur dan tekanan standar, oksigen berupa gas tak berwarna dan tak berasa dengan
rumus kimia O2, di mana dua atom oksigen
secara kimiawi berikatan dengan konfigurasi
elektron triplet spin. Ikatan ini memiliki orde ikatan dua dan sering dijelaskan secara sederhana sebagai ikatan ganda ataupun sebagai kombinasi satu ikatan
dua elektron dengan dua ikatan tiga elektron.
Oksigen triplet merupakan keadaan dasar molekul O2.
Konfigurasi elektron molekul ini memiliki dua elektron tak berpasangan yang
menduduki dua orbital molekul yang berdegenerasi. Kedua orbital ini dikelompokkan
sebagai antiikat
(melemahkan orde ikatan dari tiga menjadi dua), sehingga ikatan oksigen
diatomik adalah lebih lemah daripada ikatan rangkap tiga nitrogen.
Dalam
bentuk triplet yang normal, molekul O2
bersifat paramagnetik oleh karena spin momen magnetik elektron tak berpasangan molekul tersebut dan energi pertukaran negatif antara molekul O2
yang bersebelahan. Oksigen cair akan tertarik kepada magnet, sedemikiannya pada percobaan laboratorium, jembatan
oksigen cair akan terbentuk di antara dua kutub magnet kuat.
Oksigen singlet, adalah nama molekul oksigen O2
yang kesemuaan spin elektronnya berpasangan. Ia lebih reaktif terhadap molekul organik pada umumnya. Secara alami, oksigen
singlet umumnya dihasilkan dari air selama fotosintesis. Ia juga dihasilkan di troposfer melalui fotolisis ozon oleh sinar
berpanjang gelombang pendek, dan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai sumber
oksigen aktif. Karotenoid pada organisme yang berfotosintesis
(kemungkinan juga ada pada hewan) memainkan peran yang penting dalam menyerap
oksigen singlet dan mengubahnya menjadi berkeadaan dasar tak tereksitasi
sebelum ia menyebabkan kerusakan pada jaringan.
Alotrop
oksigen elementer yang umumnya ditemukan di bumi adalah dioksigen O2. Ia memiliki panjang ikat 121 pm dan energi ikat 498 kJ·mol-1. Altrop oksigen ini digunakan oleh makhluk hidup dalam respirasi sel dan merupakan komponen utama atmosfer
bumi.
Trioksigen
(O3), dikenal sebagai ozon, merupakan alotrop oksigen yang sangat reaktif dan
dapat merusak jaringan paru-paru. Ozon diproduksi di atmosfer bumi ketika O2 bergabung dengan oksigen atomik yang dihasilkan
dari pemisahan O2 oleh radiasi ultraviolet (UV). Oleh karena ozon menyerap
gelombang UV dengan sangat kuat, lapisan ozon yang berada di atmosfer berfungsi
sebagai perisai radiasi yang melindungi planet. Namun, dekat permukaan bumi,
ozon merupakan polutan udara yang dibentuk dari produk sampingan pembakaran
otomobil.
Molekul
metastabil tetraoksigen (O4) ditemukan pada
tahun 2001, dan diasumsikan terdapat pada salah satu enam fase oksigen padat. Hal ini dibuktikan pada tahun 2006, dengan menekan O2 sampai dengan 20 GPa, dan ditemukan struktur gerombol rombohedral O8. Gerombol ini
berpotensi sebagai oksidator yang lebih kuat daripada O2 maupun O3,
dan dapat digunakan dalam bahan bakar roket. Fase logam oksigen ditemukan
pada tahun 1990 ketika oksigen padat ditekan sampai di atas 96 GPa. Ditemukan
pula pada tahun 1998 bahwa pada suhu yang sangat rendah, fase ini menjadi superkonduktor.
Warna
oksigen cair adalah biru seperti warna biru langit. Fenomena ini tidak
berkaitan; warna biru langit disebabkan oleh penyebaran Rayleigh. Oksigen lebih larut dalam air daripada nitrogen. Air mengandung
sekitar satu molekul O2 untuk setiap dua
molekul N2, bandingkan dengan rasio
atmosferik yang sekitar 1:4. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada suhu.
Pada suhu 0 °C, konsentrasi oksigen dalam air adalah 14,6 mg·L−1,
manakala pada suhu 20 °C oksigen yang larut adalah sekitar 7,6 mg·L−1.[24][25] Pada suhu 25 °C dan 1 atm udara, air tawar mengandung 6,04 mililiter (mL) oksigen per liter, manakala dalam air
laut
mengandung sekitar 4,95 mL per liter.[26] Pada suhu 5 °C, kelarutannya bertambah
menjadi 9,0 mL (50% lebih banyak daripada 25 °C) per liter untuk air
murni dan 7,2 mL (45% lebih) per liter untuk air laut.
Oksigen
mengembun pada 90,20 K (−182,95 °C, −297,31 °F), dan membeku pada 54.36 K
(−218,79 °C, −361,82 °F).[27] Baik oksigen cair dan oksigen padat
berwarna biru langit. Hal ini dikarenakan oleh penyerapan warna merah. Oksigen
cair dengan kadar kemurnian yang tinggi biasanya didapatkan dengan distilasi bertingkat udara cair;[28] Oksigen cair juga dapat dihasilkan
dari pengembunan udara, menggunakan nitrogen cair dengan pendingin. Oksigen
merupakan zat yang sangat reaktif dan harus dipisahkan dari bahan-bahan yang
mudah terbakar.
Oksigen
yang dapat ditemukan secara alami adalah 16O, 17O, dan 18O, dengan 16O
merupakan yang paling melimpah (99,762%). Isotop oksigen dapat berkisar dari
yang bernomor massa 12 sampai dengan 28.
Kebanyakan
16O di disintesis pada akhir proses fusi helium pada bintang, namun ada juga beberapa yang
dihasilkan pada proses pembakaran neon. 17O utamanya dihasilkan dari
pembakaran hidrogen menjadi helium semasa siklus CNO, membuatnya menjadi isotop yang
paling umum pada zona pembakaran hidrogen bintang. Kebanyakan 18O diproduksi
ketika 14N (berasal
dari pembakaran CNO) menangkap inti 4He, menjadikannya bentuk isotop yang paling umum di zona kaya helium
bintang.
Empat
belas radioisotop telah berhasil dikarakterisasi, yang
paling stabil adalah 15O dengan umur paruh 122,24 detik dan 14O
dengan umur paruh 70,606 detik. Isotop radioaktif sisanya memiliki umur
paruh yang lebih pendek daripada 27 detik, dan mayoritas memiliki umur paruh
kurang dari 83 milidetik. Modus peluruhan yang paling umum untuk isotop yang lebih ringan dari 16O
adalah penangkapan elektron, menghasilkan nitrogen, sedangkan modus peluruhan yang
paling umum untuk isotop yang lebih berat daripada 18O adalah peluruhan beta, menghasilkan fluorin.
Menurut
massanya, oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara,
laut, dan tanah bumi. Oksigen merupakan unsur kimia paling melimpah ketiga di
alam semesta, setelah hidrogen dan helium. Sekitar 0,9% massa Matahari adalah oksigen. Oksigen mengisi
sekitar 49,2% massa kerak bumi dan merupakan komponen utama dalam
samudera (88,8% berdasarkan massa). Gas oksigen merupakan komponen paling umum kedua
dalam atmosfer
bumi, menduduki 21,0%
volume dan 23,1% massa (sekitar 1015 ton) atmosfer. Bumi memiliki
ketidaklaziman pada atmosfernya dibandingkan planet-planet lainnya dalam sistem tata surya karena ia memiliki konsentrasi gas
oksigen yang tinggi di atmosfernya. Bandingkan dengan Mars yang hanya memiliki 0,1% O2
berdasarkan volume dan Venus yang bahkan memiliki kadar
konsentrasi yang lebih rendah. Namun, O2
yang berada di planet-planet selain bumi hanya dihasilkan dari radiasi ultraviolet
yang menimpa molekul-molekul beratom oksigen, misalnya karbon dioksida.
Konsentrasi
gas oksigen di Bumi yang tidak lazim ini merupakan akibat dari siklus oksigen. Siklus biogeokimia ini menjelaskan pergerakan oksigen di dalam dan di
antara tiga reservoir utama bumi: atmosfer, biosfer, dan litosfer. Faktor utama yang mendorong siklus
oksigen ini adalah fotosintesis. Fotosintesis melepaskan oksigen ke
atmosfer, manakala respirasi dan proses pembusukan menghilangkannya dari atmosfer. Dalam
keadaan kesetimbangan, laju produksi dan konsumsi oksigen
adalah sekitar 1/2000 keseluruhan oksigen yang ada di atmosfer setiap tahunnya.
Oksigen
bebas juga terdapat dalam air sebagai larutan. Peningkatan kelarutan O2 pada temperatur yang rendah memiliki implikasi
yang besar pada kehidupan laut. Lautan di sekitar kutub bumi dapat menyokong
kehidupan laut yang lebih banyak oleh karena kandungan oksigen yang lebih
tinggi. Air yang terkena polusi dapat mengurangi jumlah O2 dalam air tersebut. Para ilmuwan menaksir
kualitas air dengan mengukur kebutuhan oksigen biologis atau jumlah O2 yang
diperlukan untuk mengembalikan konsentrasi oksigen dalam air itu seperti
semula.
Fotosintesis menghasilkan O2
Di
alam, oksigen bebas dihasilkan dari fotolisis air
selama fotosintesis oksigenik. Ganggang hijau dan sianobakteri di lingkungan lautan menghasilkan
sekitar 70% oksigen bebas yang dihasilkan di bumi, sedangkan sisanya dihasilkan
oleh tumbuhan daratan.
Persamaan kimia yang sederhana untuk
fotosintesis adalah:
Evolusi oksigen fotolitik terjadi di membran tilakoid organisme dan memerlukan energi empat foton. Terdapat banyak langkah proses yang terlibat, namun hasilnya merupakan
pembentukan gradien proton di seluruh permukaan tilakod. Ini
digunakan untuk mensintesis ATP via fotofosforilasi. O2 yang dihasilkan
sebagai produk sampingan kemudian dilepaskan ke atmosfer.
Dioksigen
molekuler, O2, sangatlah penting untuk respirasi
sel organisme aerob. Oksigen digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina
trifosfat (ATP)
selama fosforilasi
oksidatif. Reaksi
respirasi aerob ini secara garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis,
secara sederhana:
C6H12O6 + 6O2 →
6CO2 + 6H2O
+ 2880 kJ·mol-1
Pada
vertebrata, O2
berdifusi melalui membran paru-paru dan dibawa oleh sel darah merah. Hemoglobin mengikat O2,
mengubah warnanya dari merah kebiruan menjadi merah cerah. Terdapat pula hewan
lainnya yang menggunakan hemosianin (hewan moluska dan beberapa artropoda) ataupun hemeritrin (laba-laba dan lobster). Satu liter darah dapat melarutkan
200 cc O2.
Spesi
oksigen yang reaktif, misalnya ion superoksida (O2−) dan hidrogen
peroksida (H2O2), adalah produk sampingan
penggunaan oksigen dalam tubuh organisme. Namun, bagian sistem kekebalan organisme tingkat tinggi pula
menghasilkan peroksida, superoksida, dan oksigen singlet untuk menghancurkan
mikroba. Spesi oksigen reaktif juga memainkan peran yang penting pada respon hipersensitif tumbuhan melawan serangan patogen.
Dalam
keadaan istirahat, manusia dewasa menghirup 1,8 sampai 2,4 gram oksigen per
menit. Jumlah ini setara dengan 6 miliar ton oksigen yang dihirup oleh seluruh
manusia per tahun.
Peningkatan
kadar O2 di atmosfer bumi: 1) tiada O2 yang dihasilkan;
2) O2 dihasilkan, namun diserap samudera dan batuan dasar laut; 3) O2
mulai melepaskan diri dari samuder, namun diserap oleh permukaan tanah dan
pembentukan lapisan ozon; 4-5) gas O2 mulai berakumulasi
Gas
oksigen bebas hampir tidak terdapat pada atmosfer bumi sebelum munculnya arkaea dan bakteri fotosintetik. Oksigen bebas pertama
kali muncul dalam kadar yang signifikan semasa masa Paleoproterozoikum (antara 2,5 sampai dengan 1,6 miliar
tahun yang lalu). Pertama-tama, oksigen bersamaan dengan besi yang larut dalam samudera, membentuk formasi pita besi (Banded iron
formation). Oksigen mulai melepaskan diri dari samudera 2,7 miliar tahun
lalu, dan mencapai 10% kadar sekarang sekitar 1,7 miliar tahun lalu.
Keberadaan
oksigen dalam jumlah besar di atmosfer dan samudera kemungkinan membuat
kebanyakan organisme anaerob hampir punah semasa bencana
oksigen sekitar 2,4
miliar tahun yang lalu. Namun, respirasi sel yang menggunakan O2
mengijinkan organisme aerob untuk memproduksi lebih banyak ATP daripada organisme
anaerob, sehingga organisme aerob mendominasi biosfer bumi. Fotosintesis dan respirasi
seluler O2 mengijinkan berevolusinya sel eukariota dan akhirnya berevolusi menjadi organisme multisel
seperti tumbuhan dan hewan.
Sejak
permulaan era Kambrium 540 juta tahun yang lalu, kadar O2 berfluktuasi antara 15% sampai 30% berdasarkan
volume.[46] Pada akhir masa Karbon, kadar O2
atmosfer mencapai maksimum dengan 35% berdasarkan volume, mengijinkan serangga
dan amfibi tumbuh lebih besar daripada ukuran sekarang. Aktivitas manusia,
meliputi pembakaran 7 miliar ton bahan bakar fosil per tahun hanya memiliki pengaruh
yang sangat kecil terhadap penurunan kadar oksigen di atmosfer. Dengan laju
fotosintesis sekarang ini, diperlukan sekitar 2.000 tahun untuk memproduksi
ulang seluruh O2 yang ada di atmosfer
sekarang.
Salah
satu percobaan pertama yang menginvestigasi hubungan antara pembakaran dengan udara dilakukan oleh seorang
penulis Yunani abad ke-2, Philo dari Bizantium. Dalam karyanya Pneumatica, Philo mengamati bahwa
dengan membalikkan labu yang di dalamnnya terdapat lilin yang menyala dan
kemudian menutup leher labu dengan air akan mengakibatkan permukaan air yang
terdapat dalam leher labu tersebut meningkat. Philo menyimpulkan bahwa sebagian
udara dalam labu tersebut diubah menjadi unsur api, sehingga dapat melepaskan diri dari labu melalui pori-pori kaca.
Beberapa abad kemudian, Leonardo da Vinci merancang eksperimen yang sama dan
mengamati bahwa udara dikonsumsi selama pembakaran dan respirasi.
Pada
akhir abad ke-17, Robert Boyle membuktikan bahwa udara diperlukan
dalam proses pembakaran. Kimiawan Inggris, John Mayow, melengkapi hasil kerja Boyle dengan menunjukkan bahwa hanya sebagian
komponen udara yang ia sebut sebagai spiritus nitroaereus atau nitroaereus
yang diperlukan dalam pembakaran. Pada satu eksperimen, ia menemukan bahwa
dengan memasukkan seekor tikus ataupun sebatang lilin ke dalam wadah penampung
yang tertutup oleh permukaan air akan mengakibatkan permukaan air tersebut naik
dan menggantikan seperempatbelas volume udara yang hilang. Dari percobaan ini,
ia menyimpulkan bahwa nitroaereus digunakan dalam proses respirasi dan pembakaran.
Mayow
mengamati bahwa berat antimon akan meningkat ketika dipanaskan. Ia
menyimpulkan bahwa nitroaereus haruslah telah bergabung dengan antimon.
Ia juga mengira bahwa paru-para memisahkan nitroaereus dari udara dan
menghantarkannya ke dalam darah, dan panas tubuh hewan serta pergerakan otot
akan mengakibatkan reaksi nitroaereus dengan zat-zat tertentu dalam
tubuh. Laporan seperti ini dan pemikiran-pemikiran serta percobaan-percobaan
lainnya dipublikasikan pada tahun 1668 dalam karyanya Tractatus duo pada
bagian "De respiratione".
Dalam
percobaan Robert Hooke, Ole Borch, Mikhail Lomonosov, dan Pierre Bayen, percobaan mereka
semuanya menghasilkan oksigen, namun tiada satupun dari mereka yang
mengenalinya sebagai unsur. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
prevalensi filosofi pembakaran dan korosi yang dikenal sebagai teori flogiston.
Teori
flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, J. J. Becher pada tahun 1667, dan dimodifikasi oleh kimiawan Georg Ernst Stahl pada tahun 1731. Teori flogiston
menyatakan bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua bagian
komponen. Salah satunya adalah flogiston, yang dilepaskan ketika bahan tersebut
dibakar, sedangkan bagian yang tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli
materi tersebut.
Bahan-bahan
yang terbakar dengan hebat dan meninggalkan sedikit residu (misalnya kayu dan
batu bara), dianggap memiliki kadar flogiston yang sangat tinggi, sedangkan
bahan-bahan yang tidak mudah terbakar dan berkorosi (misalnya besi), mengandung
sangat sedikit flogiston. Udara tidak memiliki peranan dalam teori flogiston.
Tiada eksperimen kuantitatif yang pernah dilakukan untuk menguji keabsahan
teori flogiston ini, melainkan teori ini hanya didasarkan pada pengamatan bahwa
ketika sesuatu terbakar, kebanyakan objek tampaknya menjadi lebih ringan dan
sepertinya kehilangan sesuatu selama proses pembakaran tersebut. Fakta bahwa
materi seperti kayu sebenarnya bertambah berat dalam proses pembakaran
tertutup oleh gaya apung yang dimiliki oleh produk pembakaran yang berupa gas
tersebut. Sebenarnya pun, fakta bahwa logam akan bertambah berat ketika
berkarat menjadi petunjuk awal bahwa teori flogiston tidaklah benar (yang mana
menurut teori flogiston, logam tersebut akan menjadi lebih ringan).
Oksigen
pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl
Wilhelm Scheele. Ia
menghasilkan gas oksigen dengan mamanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat
sekitar tahun 1772. Scheele menyebut gas ini 'udara api' karena ia murupakan
satu-satunya gas yang diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan
pengamatannya ke dalam sebuah manuskrip yang berjudul Treatise on Air and
Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada tahun 1775. Namun, dokumen
ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Pada
saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley, melakukan percobaan yang memfokuskan
cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1 Augustus 1774.
Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan 'dephlogisticated air'. Ia
mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut dan seekor
tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup udara
tersebut. Setelah mencoba menghirup gas itu sendiri, ia menulis: "The
feeling of it to my lungs was not sensibly different from that of common air,
but I fancied that my breast felt peculiarly light and easy for some time
afterwards." Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam
sebuah laporan yang berjudul "An Account of Further Discoveries in
Air". Laporan ini pula dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang
berjudul Experiments and Observations on
Different Kinds of Air. Oleh karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu, Priestley
biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.
Seorang
kimiawan Perancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah
menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier
pada Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta
bagaimana ia menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah
surat kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya
mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui
menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam barang-barang
pribadi Scheele setelah kematiannya).
Apa
yang Lavoisier tidak terbantahkan pernah lakukan (walaupun pada saat itu
dipertentangkan) adalah percobaan kuantitatif pertama mengenai oksidasi yang mengantarkannya kepada
penjelasan bagaimana proses pembakaran bekerja. Ia menggunakan percobaan ini
beserta percobaan yang mirip lainnya untuk meruntuhkan teori flogiston dan
membuktikan bahwa zat yang ditemukan oleh Priestley dan Scheele adalah unsur kimia.
Pada satu eksperimen,
Lavoisier mengamati bahwa tidak terdapat keseluruhan peningkatan berat ketika timah dan udara dipanaskan di dalam wadah
tertutup. Ia mencatat bahwa udara segera masuk ke dalam wadah seketika ia
membuka wadah tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian udara yang
berada dalam wadah tersebut telah dikonsumsi. Ia juga mencatat bahwa berat
timah tersebut juga telah meningkat dan jumlah peningkatan ini adalah sama
beratnya dengan udara yang masuk ke dalam wadah tersebut. Percobaan ini beserta
percobaan mengenai pembakaran lainnya didokumentasikan ke dalam bukunya Sur
la combustion en général yang dipublikasikan pada tahun 1777. Hasil
kerjanya membuktikan bahwa udara merupakan campuran dua gas, 'udara vital',
yang diperlukan dalam pembakaran dan respirasi, serta azote (Bahasa
Yunani ἄζωτον "tak bernyawa"),
yang tidak mendukung pembakaran maupun respirasi. Azote kemudian menjadi
apa yang dinamakan sebagai nitrogen, walaupun dalam Bahasa Perancis dan
beberapa bahasa Eropa lainnya masih menggunakan nama Azote.
Lavoisier
menamai ulang 'udara vital' tersebut menjadi oxygène pada tahun 1777.
Nama tersebut berasal dari akar kata Yunani ὀξύς (oxys) (asam, secara harfiah "tajam") dan -γενής (-genēs)
(penghasil, secara harfiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian karena
ia percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam. Ini tidaklah
benar, namun pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygène
telah digunakan secara luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya
gas yang lebih tepat untuk disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Oxygène kemudian diserap menjadi oxygen
dalam bahasa Inggris walaupun terdapat penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris
dikarenakan bahwa adalah seorang Inggris, Priestley, yang pertama kali
mengisolasi serta menuliskan keterangan mengenai gas ini. Penyerapan ini secara
sebagian didorong oleh sebuah puisi berjudul "Oxygen" yang memuji gas
ini dalam sebuah buku populer The Botanic Garden (1791) oleh Erasmus Darwin, kakek Charles Darwin.
Hipotesis atom awal John Dalton berasumsi bahwa semua unsur berupa
monoatomik dan atom-atom dalam suatu senyawa akan memiliki rasio atom paling
sederhana terhadap satu sama lainnya. Sebagai contoh, Dalton berasumsi bahwa
rumus air adalah HO, sehingga massa atom oksigen adalah 8 kali massa hidrogen
(nilai yang sebenarnya adalah 16).[55] Pada tahun 1805, Joseph
Louis Gay-Lussac dan Alexander
von Humboldt
menunjukkan bahwa air terbentuk dari dua volume hidrogen dengan satu volume
oksigen; dan pada tahun 1811, berdasarkan apa yang sekarang disebut hukum Avogadro dan asumsi molekul unsur diatomik, Amedeo Avogadro memperkirakan komposisi air dengan
benar.
Pada
akhir abad ke-19, para ilmuwan menyadari bahwa udara dapat dicairkan dan
komponen-komponennya dapat dipisahkan dengan mengkompres dan mendinginkannya.
Kimiawan dan fisikawan Swiss, Raoul Pierre Pictet, menguapkan cairan sulfur dioksida untuk mencairkan karbon dioksida, yang mana pada akhirnya diuapkan
untuk mendinginkan gas oksigen menjadi cairan. Ia mengirim sebuah telegram pada
22 Desember 1877 kepada Akademi Sains Prancis di Paris dan mengumumkan penemuan
oksigen cairnya. Dua hari kemudian, fisikawan Perancis Louis Paul Cailletet mengumumkan metodenya untuk mencairkan oksigen
molekuler. Hanya beberapa tetes cairan yang dihasilkan sehingga tidak ada
analisis berarti yang dapat dilaksanakan. Oksigen berhasil dicairkan ke dalam
keadaan stabil untuk pertama kalinya pada 29 Maret 1877 oleh ilmuwan Polandia
dari Universitas
Jagiellonian, Zygmunt Wróblewski dan Karol Olszewski.
Pada
tahun 1891, kimiawan Skotlandia James Dewar berhasil memproduksi oksigen cair dalam jumlah yang
cukup banyak untuk dipelajari. Proses produksi oksigen cair secara komersial
dikembangkan secara terpisah pada tahun 1895 oleh insinyur Jerman Carl von Linde dan insinyur Britania William Hampson. Kedua insinyur
tersebut menurunkan suhu udara sampai ia mencair dan kemudian mendistilasi
udara cair tersebut. Pada tahun 1901, pengelasan oksiasetilena didemonstrasikan
untuk pertama kalinya dengan membakar campuran asetilena dan O2
yang dimampatkan. Metode pengelasan dan pemotongan logam ini pada akhirnya
digunakan secara meluas.
Pada tahun 1923, ilmuwan Amerika Robert H. Goddard menjadi orang pertama yang mengembangkan mesin roket; mesin ini menggunakan bensin sebagai bahan bakar dan oksigen cair sebagai oksidator. Goddard berhasil menerbangkan roket
kecil sejauh 56 m dengan kecepatan 97 km/jam pada 16 Maret 1926 di Auburn, Massachusetts, USA.
Keadaan
oksidasi okesigen
adalah -2 untuk hampir semua senyawa oksigen yang diketahui. Keadaan oksidasi
-1 ditemukan pada beberapa senyawa seperti peroksida.[63] Senyawa oksigen dengan keadaan
oksidasi lainnya sangat jarang ditemukan, yakni -1/2 (superoksida), -1/3 (ozonida), 0 (asam hipofluorit), +1/2 (dioksigenil), +1 (dioksigen difluorida), dan +2 (oksigen difluorida).
Air (H2O) adalah oksida hidrogen dan merupakan senyawa oksigen yang
paling dikenal. Atom hidrogen secara kovalen
berikatan dengan oksigen. Selain itu, atom hidrogen juga berinteraksi dengan
atom oksigen dari molekul air lainnya (sekitar 23,3 kJ·mol−1
per atom hidrogen).[64] Ikatan hidrogen antar molekul air ini menjaga kedua
molekul 15% lebih dekat daripada yang diperkirakan apabila hanya
memperhitungkan gaya
Van der Waals.
Oleh
karena elektronegativitasnya, oksigen akan membentuk ikatan kimia dengan hampir semua unsur lainnya
pada suhu tinggi dan menghasilkan senyawa oksida. Namun, terdapat pula beberapa unsur yang secara spontan
akan membentuk oksida pada suhu dan tekanan standar. Perkaratan besi merupakan salah satu contohnya. Permukaan logam seperti aluminium dan titanium teroksidasi dengan keberadaan udara
dan membuat permukaan logam tersebut tertutupi oleh lapisan tipis oksida.
Lapisan oksida ini akan mencegah korosi lebih lanjut. Beberapa senyawa oksida
logam transisi ditemukan secara alami sebagai senyawa non-stoikiometris.
Sebagai contohnya, FeO (wustit)
sebenarnya berumus Fe1 − xO,
dengan x biasanya sekitar 0,05.
Di
atmosfer pula, kita dapat menemukan sejumlah kecil oksida karbon, yaitu karbon
dioksida (CO2). Pada kerak bumi pula dapat ditemukan berbagai senyawa
oksida, yakni oksida silikon (Silika SO2) yang ditemukan pada granit dan pasir, oksida aluminium (aluminium oksida Al2O3
yang ditemukan pada bauksit dan korundum), dan oksida besi (besi(III)
oksida Fe2O3) yang ditemukan pada hematit dan karat logam.
D. Karbon dioksida
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat
asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume, walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada
lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia menyerap
gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon
dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan
mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada
proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida
merupakan komponen penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari
hasil samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan proses geotermal
lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon
dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah
-78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering.
CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna litmus dari
biru menjadi merah muda.
Karbon
dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada
konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia
akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini
disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika
seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari
5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000
ppm dapat membahayakan kehidupan hewan.[2]
Pada
keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar
sekitar 1,98 kg/m³, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O)
mengandung dua ikatan
rangkap yang
berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa
ini tidak begitu reaktif dan
tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium.
Pada
suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es kering".
Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai
zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat
praktis adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak
meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.
Cairan
kabon dioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik
tripel karbon
dioksida kira-kira 518 kPa pada
−56,6 °C (Silakan lihat diagram fase di atas). Titik kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada
31,1 °C.
Terdapat pula bentuk amorf karbon
dioksida yang seperti kaca, namun ia tidak terbentuk pada tekanan atmosfer.
Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia, dihasilkan dari pelewatbekuan CO2 yang terlebih dahulu
dipanaskan pada tekanan ekstrem (40-48 GPa atau
kira-kira 400.000 atm) di landasan intan. Penemuan ini mengkonfirmasikan teori yang menyatakan
bahwa karbon dioksida bisa berbentuk kaca seperti senyawa lainnya yang
sekelompok dengan karbon, misalnya silikon dan germanium. Tidak seperti kaca silikon dan
germanium, kaca karbonia tidak stabil pada tekanan normal dan akan kembali
menjadi gas ketika tekanannya dilepas.
Pada
abad ke-17, seorang kimiawan Fleming, Jan Baptist van Helmont, menemukan bahwa arang yang dibakar pada bejana tertutup akan menghasilkan abu yang massanya
lebih kecil dari massa arang semula. Dia berkesimpulan bahwa sebagian arang
tersebut telah ditransmutasikan menjadi zat yang tak terlihat, ia menamakan zat
tersebut sebagai "gas" atau spiritus sylvestre (Bahasa
Indonesia: arwah liar).
Sifat-sifat
karbon dioksida dipelajari lebih lanjut pada tahun 1750 oleh fisikawan
Skotlandia Joseph Black. Dia menemukan bahwa batu kapur (kalsium karbonat) dapat dibakar atau diberikan asam dan menghasilkan gas yang dia namakan sebagai "fixed air".
Dia juga menemukan bahwa gas ini lebih berat daripada udara dan ketika
digelembungkan dalam larutan kapur (kalsium
hidroksida) akan mengendapkan kalsium karbonat. Dia menggunakan
fenomena ini untuk mengilustrasikan bahwa karbon dioksida dihasilkan dari
pernapasan hewan dan fermentasi mikrob. Pada tahun 1772, seorang kimiawan
Inggris Joseph
Priestley
mempublikasikan sebuah jurnal yang berjudul Impregnating Water with Fixed
Air. Dalam jurnal tersebut, dia menjelaskan proses penetesan asam sulfat (atau minyak vitriol seperti
yang Priestley sebut) ke kapur untuk menghasilkan karbon dioksida dan memaksa
gas itu untuk larut dengan menggoncangkan semangkuk air yang berkontak dengan
gas.
Karbon
dioksida pertama kali dicairkan (pada tekanan tinggi) pada tahun 1823 oleh Humphry Davy dan Michael Faraday. Deskripsi pertama mengenai karbon
dioksida padat dilaporkan oleh Charles Thilorier ketika pada tahun 1834 dia membuka kontainer karbon
dioksida cair yang diberikan tekanan dan menemukan pendinginan tersebut
menghasilkan penguapan yang menghasilkan "salju" CO2
padat.
Karbon
dioksida bisa kita dapatkan dengan distilasi udara. Namun cara ini hanya
menghasilkan CO2 yang sedikit. Berbagai jenis reaksi kimia dapat
menghasilkan karbon dioksida, seperti reaksi pada kebanyakan asam dengan
karbonat logam. Reaksi antara asam sulfat dengan kalsium karbonat adalah:
H2SO4 +
CaCO3 → CaSO4 + H2CO3
H2CO3 kemudian terurai menjadi
air dan CO2. Reaksi ini diikuti dengan pembusaan atau
penggelembungan.
Pembakaran dari semua bahan bakar yang
mengandung karbon, seperti metana (gas alam), distilat minyak bumi (bensin, diesel, minyak tanah, propana), arang dan kayu akan menghasilkan
karbon dioksida. Sebagai contohnya reaksi antara metana dan oksigen:
CH4 + 2 O2
→ CO2 + 2 H2O
Besi direduksi dari oksida besi dengan kokas pada tungku sembur, menghasilkan pig iron dan karbon dioksida:
2 Fe2O3
+ 3 C → 4 Fe + 3 CO2
Khamir mencerna gula dan menghasilkan karbon dioksida beserta etanol pada proses pembuatan anggur, bir, dan spiritus lainnya:
Semua
organisme aerob menghasilkan CO2 dalam
proses pembakaran karbohidrat, asam lemak, dan protein pada mitokondria di
dalam sel. Reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembakaran ini sangatlah
rumit dan tidak bisa dijelaskan dengan mudah. (Lihat pula: respirasi sel, respirasi anaerob, dan fotosintesis).
Karbon
dioksida larut dalam
air dan secara spontan membentuk H2CO3
(asam karbonat) dalam kesetimbangan dengan CO2.
Konsentrasi relatif antara CO2, H2CO3,
dan HCO3− (bikarbonat) dan CO32−(karbonat)
bergantung pada kondisi pH larutan. Dalam air yang bersifat
netral atau sedikit basa (pH > 6,5), bentuk bikarbonat mendominasi
(>50%). Dalam air yang bersifat basa kuat (pH > 10,4), bentuk karbonat
mendominasi. Bentuk karbonat dan bikarbonat memiliki kelarutan yang sangat
baik. Dalam air laut (dengan pH = 8,2 - 8,5), terdapat 120 mg bikarbonat per
liter.
Karbon dioksida secara garis besar
dihasilkan dari enam proses:
- Sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana metana dikonversikan menjadi CO2.
- Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil;
- Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski, dan minuman beralkohol lainnya;
- Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3;
- Sebagai produk samping dari pembuatan natrium fosfat;
- Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan dari pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.
Karbon
dioksida di atmosfer bumi dianggap sebagai gas kelumit dengan konsentrasi sekitar 385 ppm berdasarkan volume
dan 582 ppm berdasarkan massa. Massa atmosfer bumi adalah 5,14×1018 kg,
sehingga massa total karbon dioksida atmosfer adalah 3,0×1015 kg
(3.000 gigaton). Konsentrasi karbon dioksida bervariasi secara musiman (lihat
grafik di samping). Di wilayah perkotaan, konsentrasi karbon dioksida secara
umum lebih tinggi, sedangkan di ruangan tertutup, ia dapat mencapai 10 kali
lebih besar dari konsentrasi di atmosfer terbuka.
Peningkatan
tahunan CO2 atmosfer: Rata-rata peningkatan tahunan pada tahun
1960-an adalah 37% dari rata-rata peningkatan tahunan tahun 2000-2007.
Oleh
karena aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan
hutan, konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer telah meningkat sekitar 35% sejak dimulainya revolusi industri. Pada tahun 1999, 2.244.804.000 ton CO2 dihasilkan di Amerika Serikat dari
pembangkitan energi listrik. Laju pengeluaran ini setara dengan 0,6083 kg per
kWh.
Lima
ratus juta tahun yang lalu, keberadaan karbon dioksida 20 kali lipat lebih
besar dari yang sekarang dan menurun 4-5 kali lipat semasa periode Jura dan secara lambat menurun sampai dengan revolusi industri.
Sampai
dengan 40% dari gas yang dimuntahkan oleh gunung berapi semasa ledakan subaerial adalah
karbon dioksida. Menurut perkiraan paling canggih, gunung berapi melepaskan
sekitar 130-230 juta ton CO2 ke atmosfer
setiap tahun. Karbon dioksida juga dihasilkan oleh mata air panas, seperti yang
terdapat di situs Bossoleto dekat Terme Rapolano di Toscana, Italia. Di sini,
di depresi yang berbentuk mangkuk dengan diameter kira-kira 100 m, konsentrasi CO2 setempat meningkat sampai dengan lebih dari
75% dalam semalam, cukup untuk membunuh serangga-serangga dan hewan yang kecil,
namun menghangat dengan cepat ketika cahaya matahari memancar dan berbaur
secara konveksi semasa pagi hari. Konsentrasi setempat CO2
yang tinggi yang dihasilkan oleh gangguan air danau dalam yang jenuh dengan CO2 diduga merupakan akibat dari terjadinya 37
kematian di Danau Moboun, Kamerun pada 1984 dan 1700 kematian di Danau Nyos, Kamerun. Namun, emisi CO2 yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
sekarang adalah 130 kali lipat lebih besar dari kuantitas yang dikeluarkan
gunung berapi, yaitu sekitar 27 milyar ton setiap tahun.
Terdapat
sekitar 50 kali lebih banyak karbon yang terlarut di dalam samudera dalam
bentuk CO2 dan hidrasi CO2
daripada yang terdapat di atmosfer. Samudera berperan sebagai buangan karbon raksasa dan telah menyerap sekitar sepertiga dari emisi CO2 yang dihasilkan manusia." Secara umum,
kelarutan akan berkurang ketika temperatur air bertambah. Oleh karena itu,
karbon dioksida akan dilepaskan dari air samudera ke atmosfer ketika temperatur
samudera meningkat.
Kebanyakan
CO2 yang berada di samudera berbentuk asam
karbonat. Sebagian dikonsumsi oleh organisme air sewaktu fotosintesis dan
sebagain kecil lainnya tenggelam dan meninggalkan siklus karbon. Terdapat
kekhawatiran meningkatnya konsentrasi CO2
di udara akan meningkatkan keasaman air laut, sehiggga akan menimbulkan
efek-efek yang merugikan terhadap organisme-organisme yang hidup di air.
Karbon
dioksida adalah hasil akhir dari organisme yang mendapatkan energi dari
penguraian gula, lemak, dan asam amino dengan oksigen sebagai bagian dari metabolisme dalam proses yang dikenal sebagai respirasi sel. Hal ini meliputi semua tumbuhan,
hewan, kebanyakan jamur, dan beberapa bakteri. Pada hewan tingkat tinggi,
karbon dioksida mengalir di darah dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk
dikeluarkan. Pada tumbuh-tumbuhan, karbon dioksida diserap dari atmosfer
sewaktu fotosintesis.
Tumbuh-tumbuhan
mengurangi kadar karbon dioksida di atomosfer dengan melakukan fotosintesis,
disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi cahaya untuk memproduksi materi
organik dengan mengkombinasi karbon dioksida dengan air. Oksigen bebas
dilepaskan sebagai gas dari penguraian molekul air, sedangkan hidrogen
dipisahkan menjadi proton dan elektron, dan digunakan untuk menghasilkan energi
kimia via fotofosforilasi. Energi ini diperlukan untuk fiksasi karbon dioksida
pada siklus Kalvin untuk membentuk gula. Gula ini kemudian digunakan untuk
pertumbuhan tumbuhan melalui repirasi
Walaupun
terdapat lubang angin, karbon dioksida haruslah dimasukkan ke dalam rumah kaca
untuk menjaga pertumbuhan tanaman oleh karena konsentrasi karbon dioksida dapat
menurun selama siang hari ke level 200 ppm. Tumbuhan memiliki potensi tumbuh 50
persen lebih cepat pada konsentrasi CO2
sebesar 1.000 ppm.
Tumbuh-tumbuhan juga mengeluarkan CO2 selama pernapasan, sehingga tumbuhan yang
berada pada tahap pertumbuhan sajalah yang merupakan penyerap bersih CO2. Sebagai contoh, hutan tumbuh akan menyerap
berton-ton CO2 setiap tahunnya, namun hutan
matang akan menghasilkan CO2 dari
pernapasan dan dekomposisi sel-sel mati sebanyak yang dia gunakan untuk
biosintesis tumbuhan. Walaupun demikian, hutan matang jugalah penting sebagai buangan karbon, membantu menjaga keseimbangan atmosfer bumi. Selain
itu, fitoplankton juga menyerap CO2 yang
larut di air laut, sehingga mempromosikan penyerapan CO2
dari atmosfer.
Kandungan
karbon dioksida di udara segar bervariasi antara 0,03% (300ppm) sampai dengan
0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi.
Menurut
Otoritas Keselamatan Maritim Australia, "Paparan berkepanjangan terhadap
konsentrasi karbon dioksida yang sedang dapat menyebabkan asidosis dan
efek-efek merugikan pada metabolisme kalsium fosforus yang menyebabkan
peningkatan endapan kalsium pada jaringan lunak. Karbon dioksida beracun kepada
jantung dan menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi tiga
persen berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik ringan dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan menyebabkan penurunan daya
dengar. Pada konsentrasi sekitar lima persen berdasarkan volume, ia menyebabkan
stimulasi pusat pernapasan, pusing-pusing, kebingungan, dan kesulitan
pernapasan yang diikuti sakit kepala dan sesak napas. Pada konsentrasi delapan
persen, ia menyebabkan sakit kepala, keringatan, penglihatan buram, tremor, dan
kehilangan kesadaran setelah paparan selama lima sampai sepuluh menit."
Oleh
karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan paparan karbon dioksida,
Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat menyatakan bahwa
paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat selama waktu kerja 8 jam sehari
tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5%). Batas aman maksimum untuk balita, anak-anak,
orang tua, dan individu dengan masalah kesehatan kardiopulmonari (jatung dan
paru-paru) secara signifikan lebih kecil. Untuk paparan dalam jangka waktu
pendek (di bawah 10 menit), batasan dari Institut Nasional untuk Kesehatan dan
Keamanan Kerja Amerika Serikat (NIOSH) adalah 30.000 ppm (3%). NIOSH juga
menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida yang melebihi 4% adalah langsung
berbahaya bagi keselamatan jiwa dan kesehatan.
Adaptasi
terhadap peningkatan kadar CO2 dapat
terjadi pada manusia. Inhalasi CO2 yang
berkelanjutan dapat ditoleransi pada konsentrasi inspirasi tiga persen paling
sedikit selama satu bulan dan empat persen konsentrasi insiparsi selama lebih
dari satu minggu. Diajukan juga bahwa konsentrasi insipirasi sebesar 2,0 persen
dapat digunakan untuk ruangan tertutup (seperti kapal selam) oleh karena adaptasi ini bersifat
fisiologis dan reversibel. Penurunan kinerja atau pada aktivitas fisik yang
normal tidak terjadi pada tingkat konsentrasi ini.
Gambaran-gambaran
ini berlaku untuk karbon dioksida murni. Dalam ruangan tertutup yang dipenuhi
orang, konsentrasi karbondioksida akan mencapai tingkat yang lebih tinggi
daripada konsentrasi di udara bebas. Konsentrasi yang lebih besar dari 1.000
ppm akan menyebabkan ketidaknyamanan terhadap 20% penghuni dan ketidaknyamanan
ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO2.
Ketidaknyamanan ini diakibatkan oleh gas-gas yang dikeluarkan sewaktu
pernapasan dan keringatan manusia, bukan oleh CO2.
Pada konsentrasi 2.000 ppm, mayoritas penghuni akan merasakan ketidaknyamanan
yang signifikan dan banyak yang akan mual-mual dan sakit kepala. Konsentrasi CO2 antara 300 ppm sampai dengan 2.500 ppm
digunakan sebagai indikator kualitas udara dalam ruangan.
Keracunan
karbon dioksida akut dikenal sebagai lembap hitam. Para penambang biasanya akan membawa sesangkar
burung kenari ketika mereka sedang bekerja untuk memperingati mereka ketika
kadar karbon dioksida mencapat tingkat yang berbahaya. Burung kenari akan
terlebih dahulu mati sebelum kadar CO2
mencapai tingkat yang berbahaya untuk manusia. Karbon dioksida menyebabkan
kematian yang luas di Danau Nyos di Kamerun pada tahun 1996. Karbon dioksida yang
lebih berat yang dikeluarkan mendorong oksigen keluar, menyebabkan kematian
hampir 2000 orang.
CO2 diangkut di darah dengan
tiga cara yang berbeda:
- Kebanyakan (sekitar 70% – 80%) dikonversikan menjadi ion bikarbonat HCO3− oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah merah,[28] dengan reaksi
CO2 + H2O → H2CO3
→ H+ + HCO3−.
- 5% – 10% larut di plasma
- 5% – 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbamino
Hemoglobin, molekul pengangkut oksigen yang
utama pada sel
darah merah,
mengangkut baik oksigen maupun karbon dioksida. Namun CO2
yang diangkut hemoglobin tidak terikat pada tempat yang sama dengan oksigen. Ia
bergabung dengan gugus terminal-N pada empat rantai globin. Namun, karena efek alosterik pada molekul hemoglobin, pengikatan CO2
mengurangi jumlah oksigen yang dapat diikat. Penurunan pengikatan karbon
dioksida oleh karena peningkatan kadar oksigen dikenal sebagai efek Haldane dan penting dalam traspor karbon dioksida dari jaringan
ke paru-paru. Sebaliknya, peningkatan tekanan parsial CO2
atau penurunan pH akan menyebabkan pelepasan oksigen dari hemoglobin, dikenal
sebagai efek Bohr
Karbon
dioksida adalah salah satu mediator autoregulasi setempat suplai darah. Apabila kadar karbon dioksidanya
tinggi, kapiler akan
mengembang untuk mengijinkan arus darah yang lebih besar ke jaringan yang
dituju.
Ion
bikarbonat sangatlah penting dalam meregulasi pH darah. Laju pernapasan seseorang
dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam darahnya.
Pernapasan yang terlalu lambat akan menyebabkan asidosis pernapasan, sedangkan pernapasan yang terlalu cepat akan
menimbulkan hiperventilasi yang bisa menyebabkan alkalosis pernapasan.
Walaupun
tubuh memerlukan oksigen untuk metabolisme, kadar oksigen yang rendah tidak
akan menstimulasi pernapasan. Sebaliknya pernapasan distimulasi oleh kadar
karbon dioksida yang tinggi. Akibatnya, bernapas pada udara bertekanan rendah
atau campuran gas tanpa oksigen (seperti nitrogen murni) dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran. Hal ini sangatlah berbahaya bagi pilot tempur. Ini juga
adalah alasan mengapa penumpang pesawat diinstruksikan untuk memakai masker
oksigen ke dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum membantu orang lain ketika
tekanan kabin berkurang, jika tidak maka terjadi risiko tidak sadarkan diri.
Menurut
salah satu kajian dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, pernapasan orang pada umumnya
menghasilkan kira-kira 450 liter (sekitar 900 gram) karbon dioksida perhari.
Tubuh manusia butuh sekitar 10.000 liter oksigen per hari agar semua
organ bisa berfungsi dengan baik. Oksigen yang tersedia di udara, terutama di
perkotaan, sudah tercemar berbagai limbah beracun. Akibatnya, oksigen yang kita
hirup tidaklah bersih. Ozon merupakan komponen udara segar yang terjadi secara
alami, sebagai hasil reaksi antara sinar ultra violet matahari dengan lapisan
atas atmosfir bumi, dan membentuk lapisan pelindung bumi. Ozon untuk terapi
dibuat dengan cara mengaktifkan oksigen berstandar mutu medis dengan menggunakan
listrik, yaitu memakai alat yang disebut ozon generator.
Terapi ozon diyakini bisa meningkatkan kemampuan transportasi
oksigen dan hemoglobin darah serta meningkatkan ketahanan dan kelenturan sel
darah merah. Terapi ozon juga membentuk peroksida, termasuk alkaoxyl, peraxyl
radicals, singlet axygen, ozonides, carbonyls, dan alkens, yang menghilangkan
plak penyebab penyempitan pembuluh darah bagi penderita hiperlipidemia dan
hiperkolesterolemia, yang bisa menyulut stroke dan jantung
Kegunaan
lain dari terapi ozon adalah menonaktifkan bakteri, virus, jamur, dan protozoa
dengan cara merusak selaput pelinung kuman. Dengan demikian, kuman penyebab
hepatitis atau herpes mudah dihancurkan sel-sel tubuh.
Terapi ozon juga sanggup mencegah proses penuaan dini melalui peningkatan enzim pengikat radikal bebas (glutathione peroxidase, catalase, dan superoxide dismutase), menghambat metabolisme sel tumor, meningkatkan kekebalan tubuh, serta memacu reaksi krebs cycle, yang berakibat meningkatnya persediaan energi ATP.
Terapi ozon juga sanggup mencegah proses penuaan dini melalui peningkatan enzim pengikat radikal bebas (glutathione peroxidase, catalase, dan superoxide dismutase), menghambat metabolisme sel tumor, meningkatkan kekebalan tubuh, serta memacu reaksi krebs cycle, yang berakibat meningkatnya persediaan energi ATP.
Pemakaian ozon dalam dunia medis secara
garis besar dapat dibagi :
1. Untuk menangani berbagai
masalah yang berhubungan dengan sirkulasi darah, seperti jantung pasca stroke,
migran, dan vertigo.
3. Menangani luka,infeksi dan
peradangan pada saluran pencernaan,luka bakar,infeksi jamur.
4. Sebagai pengobatan
komplementer untuk menangani berbagai jenis kanker.
Meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Meningkatkan sistem imunitas tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia dapat bertahan sampai satu hari
tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia hanya
bertahan beberapa menit saja. Jadi Anda tentu bisa menyimpulkan sendiri betapa
pentingnya udara bagi kehidupan di bumi. Karena tanpa udara, maka manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat hidup. Udara untuk kehidupan sehari-hari
terdapat di atmosfer. Atmosfer juga berfungsi sebagai payung atau pelindung
kehidupan di bumi dari radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah
hilangnya panas ke ruang angkasa pada malam hari. Atmosfer juga merupakan
penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak melaluinya sehingga sebagian
meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas dan hancur sebelum mencapai
permukaan bumi. Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas yang tidak tampak
dan tidak berwarna. Empat gas utama
dalam udara meliputi :
1.
helium
2.
nitrogen
3.
oksigen
4.
karbondioksida
B. Saran
Adapun saran dari penulis, dirapkan kepada
pemerintah dan masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian dan kesetimbangan
udara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar