BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih
dari seperempat abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1972 di stockholm, Swedia
diselenggarakan konferensi PBB yang bertemakan lingkungan hidup. Konferensi
lingkungan hidup itu dikenal sebagai konferensi Stocholm dan tanggal pembukaan
konferensi yaitu tanggal 5 Juni disepakati sebagai hari Lingkungan Hidup
sedunia. Tema pada konferensi Scothalm yang berlangsung pada tanggal 5-16 juni
tersebut adalah “ The Only One Eart “ yang dalam bahasa Indonesia diartikan “
Hanya Satu Bumi. Demi perhatian terhadap kondisi lingkungan hidup , Konferensi
Stockholm menyetuji dibentuknya sebuah badan urusan PBB yang bertugas mengurus
permasalah lingkungan yaitu united Nation Environmental Programe (UNEP) yang
bermarkas di Nairobi, Kenya.
Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan
lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang
kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah,
air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai
kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari
tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah
yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan
sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud
apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.
Lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani
dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu
adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau
degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis besar komponen
lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok
biotik (flora darat dan air, fauna darat dan air), kelompok abiotik (
sawah, air dan udara) dankelompok kultur (ekonomi, sosial, budaya serta
kesehatan masyarakat).
Pencemaran lingkungan merupakan
masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena
menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan
serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan. Dimulai dari
lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih
luas. Permasalahan pencemaran lingkungan
yang harus segera diatasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai,
pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam,
perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan
sebagainya. Untuk
menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya harus mengetahui
sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah
penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka dalam hal kami membahas masalah mengenai pencemaran lingkungan
khususnya wilayah di sepanjang pesisir Kota Palu. Adapun tempat yang menjadi
perhatian kami adalah wilayah pantai yang berada di Kelurahan Lere. Dimana
kondisi ekosistem pantai di wilayah tersebut saudah termasuk dalam posisi
memprihatinkan. Hal inilah yang menjadi latar belakang kami mengangkat topik
masalah tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya
pencemaran pada pantai di
kelurahan Lere ?
2. Apa dampak yang ditimbulkan terkait pencemaran tersebut
?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk mencegah
terjadinya pencemaran pada pantai khususnya di wilayah Kelurahan Lere ?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Dapat
memahami proses terjadinya pencemaran pada pantai.
2. Dapat
memahami dampak yang ditimbulkan oleh pencemran pada pantai.
3. Dapat
mengetahui solusi untuk mencegah terjadinya pencemaran pada pantai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Lingkungan
Hidup
Lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di luar atau sekitar mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan
definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang
kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan
masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan hidup biasa juga disebut
dengan lingkungan hidup manusia (human environment) atau dalam sehari-hari juga
cukup disebut dengan "lingkungan" saja. Unsur-unsur lingkungan hidup
itu sendiri biasa nya terdiri dari: manusia, hewan, tumbuhan, dll. Lingkungan
hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain,
lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Istilah lingkungan
hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut
dengan Millieu, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut dengan I'environment. Lingkungan
terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mikroba.
- Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.
B.
Ekologi
Ekologi adalah ilmu
yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu").
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi
pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 -
1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem
dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu,
air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan
erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi,
komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem
yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih
relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari
bagaimana makhluk
hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan
dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi
energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:
1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam
lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi
antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
C.
Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan
fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan
terjadi suatu siklus materi antara organisme
dan anorganisme. Matahari sebagai
sumber dari semua energi yang ada.
a)
Komponen-komponen
Pembentuk Ekosistem
Komponen-komponen
pembentuk ekosistem adalah :
1. Biotik merupakan
komponen makhluk hidup, misalnya hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mikroba.
2. Abiotik atau komponen
tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat
berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen
abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang
memengaruhi distribusi organisme.
b)
Tipe-tipe
Ekosistem
Secara umum ada tiga
tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan,
yaitu :
·
Ekositem air.
Ciri-ciri
ekosistem air antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang,
dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak
adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan
terdapat dalam ekosistem air.
Sebagai contoh
adalah ekosistem sungai. Sungai adalah suatu
badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan.
Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan
seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lain-lain.
·
Ekosistem darat/ terestrial
Penentuan zona
dalam ekosistem terestrial/darat ditentukan oleh temperatur dan curah hujan.
Iklim sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial
berada pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat gangguan
seperti petir, kebakaran, atau
aktivitas manusia.
·
Ekosistem
buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem
yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan
mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi
pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan
antara lain :
c)
Satuan
makhluk Hidup Dalam Ekosistem
Individu
Individu adalah satu makhluk hidup, misalnya seekor
semut, seekor burung dan sebuah pohon.
Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang dapat
berkembangbiak serta berada pada tempat yang sama dan dalam kurun waktu yang
sama. Contoh populasi adalah sekelompok semut di atas meja.
Komunitas
Komunitas adalah kumpulan beberapa macam populasi yang
menempati daerah yang sama pada waktu yang sama, contohnya komunitas hutan
jati, padang rumput dan hutan pinus.
Ekosistem
Ekosistem adalah kesatuan komunitas dan lingkungannya
yang membentuk suatu hubungan timbal balik di antara komponen-komponennya.
Komponen suatu ekosistem mencakup seluruh makhluk hidup dan makhluk tidak hidup
yang terdapat di dalamnya.
Bioma
Bioma adalah suatu ekosistem darat yang khas dan luas cakupannya.
Bioma adalah suatu ekosistem darat yang khas dan luas cakupannya.
Biosfer
Biosfer adalah berbagai bioma di permukaan bumi yang
saling berhubungan dan membentuk sistem yang lebih besar lagi.
D.
Komponen
Lingkungan Hidup
Adapun berdasarkan UU
No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda
dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Komponen lingkungan hidup dapat
dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1.
Lingkungan Fisik
Unsur
fisik (abiotik), yaitu unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup
segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di
muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi
tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak
hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai
penyakit, dan lain-lain.
Penanganan unsur fisik apabila tidak ditangani secara
serius maka akan berdampak pada lingkungan hidup. Misalnya, pemakaian kendaraan
bermotor yang mana limbahnya menghasilkan gas CO, serta gas-gas berbahaya
lainnya. Hal ini apabila tidak ada upaya meminimalisir limbah tersebut maka
lambat laun akan mencemari udara yang juga sebagai unsur fisik tersebut.
2.
Lingkungan
Biologis
Unsur
hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup,
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di
kebun
atau taman, maka lingkungan
hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam suatu ruangan, maka lingkungan hayati yang dominan adalah
teman-teman atau sesama manusia. Lingkungan hidup memiliki kaitan erat unsur hayati
(biotik). Dimana permasalahan-permasalahan lingkungan yang sering terjadi
disebabkan tidak adanya keprihatinan tentang faktor biologis itu sendiri.
Misalnya, sampah organik yang dibiarkan berserakan di sekitar pemukiman
penduduk maka akan berdampak bahaya seperti munculnya berbagai penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri, virus, dsb
3.
Lingkungan
Sosial Budaya
Unsur sosial budaya,
yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem
nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan
masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang
diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat. Unsur sosial budaya lebih
mengajarkan kepada kita tentang makna pelestarian lingkungan hidup. Sehingga
apabila hal ini telah ditanamkan sejak kecil maka akan menjadi tradisi atau
budaya secara turun temurun guna melestarikan dan menjaga lingkungan hidup.
4.
Lingkungan
Sosial Ekonomi
Setiap hari jumlah manusia semakin baertambah dan
pastinya seiring dengan hal itu kebutuhan ekonomi juga terus meningkat. Beberapa daerah di Indonesia bisa mengimbangi hal
tersebut dengan didirikannya pabrik-pabrik dan industri-industri yang dianggap
mampu mengurangi angka pengangguran ditingkat sosial masyarakat. Ketertinggalan
ini adalah salah satu faktor yang kengakibatkan pertumbuhan sosial ekonomi
masyarakat menjadi lemah. Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam
memajukan perekonimian suatu bangsa. Apabila SDM dan SDA suatu bangsa memadai
maka otomatis hasilnya akan berdampak positif. Akan tetapi apabila hal itu
tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya seperti
daerah yang sulit untuk dijangkau baik dengan transportasi maupun komunikasi,
beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumber daya alam, atau
memiliki sumber daya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan
daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi atau daerah tertinggal
yang diakibatkan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, secara
umum tingkat pendidikan di daerah tertinggal tergolong rendah, hal inipun
berpengaruh pada aspel sosial dan ekonomi.
5.
Kesehatan
Masyarakat
Faktor kesehatan masyarakat sangat berhubungan erat dengan kondisi
lingkungan hidup. Dimana dengan memlihara dan menjaga suatu lingkungan maka
akan mengurangi dampak negatif yang sering menimbulkan gangguan pada kesehatan
masyarakat. Maka dari itu untuk menciptakan kondisi kesehatan masyarakat yang
benar-benar perlu penjagaan dan pemeliharaan lingkungan agar senantiasa bersih
dan sehat.
E. Kerusakan
Lingkungan Hidup
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda
Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya
gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta
gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan
contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada
kerusakan lingkungan hidup antara lain:
Letusan
gunung berapi
Gempa
bumi
Angin
topan
2.
Kerusakan
Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan
hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah
dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti
sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak
diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang
diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan
hidup. Beberapa
bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara
lain:
Terjadinya
pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
Terjadinya
banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
Terjadinya
tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
BAB
III
STUDI
KASUS
Secara Administratif, Kota Palu adalah ibukota Propinsi
Sulawesi Tengah, berada pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu yang
secara geografis terletak antara 0º,36” - 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” -
121º,1” Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Katulistiwa. Wilayah Kota Palu merupakan daerah lembah yang
terletak pada ketinggian 0 – 700 meter dari permukaan laut dengan keadaan topografi
datar hingga pegunungan sedang, dataran rendah pada umumnya tersebar di sekitar
pantai teluk Palu dengan tingkat kemiringan tanah
yaitu 0–5% hingga 5 – 40%. Kedudukan Kota Palu yang diapit oleh bukit-bukit dan
pantai sehingga Kota Palu dikategorikan kota lembah. Berdasarkan kondisi
tersebut maka suhu udara dipengaruhi oleh udara pegunungan dan udara pantai
yang berakibat pada terdapatnya perbedaan suhu antar wilayah yang dipengaruhi
suhu pengunungan dengan temperatur berkisar antara 25 0C – 31 0C,
sedangkan wilayah yang dipengaruhi oleh suhu pantai bertemperatur antara 310C
– 37 0C dengan kelembaban berkisar antara 70-86%.
Kota Palu mendapat julukan sebagai “Kota
Teluk” yang disebabkan wilayah kotanya
berbatasan langsung dengan pesisir pantai. Hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat Kota Palu sendiri. Tetapi
seiring dengan perkembangan Kota Palu yang berjalan walaupun lambat kebersihan
wilayah sepanjang pesisir pantai
seakan tidak dihiraukan. Pesisir pantai yang penuh dengan sampah warga,
pendangkalan dan airnya yang keruh karena sedimentasi tinggi ditambah lagi
pohon-pohon nyiur melambai sudah hilang dalam pandangan dan semakin mendukung
kuat julukan Palu sebagai kota gersang. Pantai sudah tidak bisa menjadi tempat wisata bahkan
dipandangpun sudah tidak enak bagi penduduk apalagi pendatang di Kota Palu, wilayahnya yang penuh sampah berserakan dan airnya yang tampak
coklat akibat sedimentasi tinggi dan pendangkalan.
Berkaitan dengan hal diatas kami
melakukan studi penelitian terhadap salah satu wilayah pantai di Kota Palu yang
mungkin sudah sangat memprihatinkan kondisinya baik dari segi fisik, biologis,
maupun sosial budaya. Adapun tempat yang dimaksud adalah berada di wilayah
Kelurahan Lere dan lokasinya berada tepat di belakang pasar. Salah seorang
warga berkata bahwa pasar ikan ini sudah berdiri bersamaan dengan terselesainya
pembangunan Jembatan Ponulele (Ikon Kota Palu). Kebetulan lokasi tersebut berjarak 100 meter
dari Jembatan Ponulele sehingga sudah sewajarnya menjadi pusat keramaian.
Dari kedua gambar diatas terlihat jelas wilayah pantai dimana posisinya berada tepat di
belakang sebuah pasar ikan di Keurahan Lere.
A.
Penyebab
pencemaran pantai di Lelurahan Lere
Telah dipahami bahwa pengotoran dan ketidakpedulian
terhadap keberlangsungan Pantai khususnya di Kelurahan Lere adalah efek dari pembangunan kota yang selalu
berorientasi pada pembangunan daratan (continental orientation) kotanya
seperti : pembangunan infrastruktur pemerintahan, pasar dan rumah toko sebagai
penopang kegiatan bisnis dan kurang memprioritaskan pembangunan pesisir dan
laut (coastal and marine orientation). Walaupun kemajuan kota-kota yang
terletak di pesisir justru adalah karena memperhatikan dan mengunggulkan
pembangunan wilayah pesisirnya.
Posisi Pantai yang berada di tengah-tengah kota memang sangat rentan oleh aktivitas manusia yang sifatnya merusak lingkungan, seperti pemanfaatan ekosistem pantai yang tidak bertanggung jawab, tempat pembuangan sampah, sebagai tempat saluran akhir dari kota. Terlebih lagi apabila lokasinya terletak tepat di belakang pasar. Dari sejumlah tempat yang ada, wilayah pasar-lah yang mungkin menghasilkan limbah ataupun sampah paling banyak. Dan lebih memprihatinkan lagi sampah-sampah tersebut dibuang di sepanjang pesisir pantai khususnya di Kelurahan Lere tersebut. Hal ini memang sangat sulit untuk dibendung karena sifat manusia yang selalu ingin memanfaatkan jasa lingkungan secara gratis tanpa balas memelihara (free rider) dalam memenuhi kebutuhannya.
Posisi Pantai yang berada di tengah-tengah kota memang sangat rentan oleh aktivitas manusia yang sifatnya merusak lingkungan, seperti pemanfaatan ekosistem pantai yang tidak bertanggung jawab, tempat pembuangan sampah, sebagai tempat saluran akhir dari kota. Terlebih lagi apabila lokasinya terletak tepat di belakang pasar. Dari sejumlah tempat yang ada, wilayah pasar-lah yang mungkin menghasilkan limbah ataupun sampah paling banyak. Dan lebih memprihatinkan lagi sampah-sampah tersebut dibuang di sepanjang pesisir pantai khususnya di Kelurahan Lere tersebut. Hal ini memang sangat sulit untuk dibendung karena sifat manusia yang selalu ingin memanfaatkan jasa lingkungan secara gratis tanpa balas memelihara (free rider) dalam memenuhi kebutuhannya.
B.
Dampak
Pencemaran pantai di Kelurahan Lere
Pencemaran
pantai biasanya akan berdampak langsung ke ekosistem laut. Hal ini seperti masuknya material pencemar seperti partikel kimia,
limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa
merusak lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang
bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak
langsung.
Sebagian besar sumber pencemaran
laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan Kapal. Salah satu penyebab
pencemaran laut adalah karena aktivitas manusia yang sering membuang sampah
di pesisir pantai khususnya di kelurahan Lere.
Sampah-sampah
berserakan di sepanjang pesisir pantai di Kelurahan Lere yang diakibatkan oleh ulah manusia
Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan
dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi
masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan.
Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi
di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem laut. Massa
plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri.
Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja
dibuang atau tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang
masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok
limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung
masuk terus menerus seperti pestisida,
furan, dioksin dan fenol.
Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan
yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah.
Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem
laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring
makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat
berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk
manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai
jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini juga
diketahui terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan
ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta
penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang
terjadi di Teluk Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi
ekosistem laut adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya
berasal dari sisa pupuk pertanian yang terhanyut kedalam perairan, juga dari
limbah rumah tangga berupa detergent yang banyak mengandung fosfor. Senyawa
kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi, karena senyawa ini merupakan nutrien
bagi tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton. Tingginya konsentrasi
bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat dan akan
mendominasi perairan, sehingga menganggu organisme lain bahkan bisa mematikan.
Dari berbagai dampak
pencemaran tersebut jelaslah bahwa upaya
pelestarian pantai sangat dibutuhkan demi terjaganya ekosistem laut kita
khusunya yang berada di di sekitar
Kelurahan Lere. Sekarang terlihat bahwa
sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut
kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh
aktiftas harian seperti membuang sampah, dsb.
C.
Upaya Mengatasi
Pencemaran pantai di Kelurahan Lere
Dengan melihat kondisi dan permasalahan Pantai di Kelurahan
Lere tersebut maka dirasakan sangat
perlu peran dari pemerintah kota untuk melakukan aksi pengelolaan wilayah pesisir
Teluk Palu secara meluas. Pengelolaan
yang dimakud disini bukan hanya sekedar membuat papan peringatan,
yang dibuatpun tanpa adanya pendekatan partisipatif sehingga sekarang justru
terbengkalai dan rusak (tidak difungsikan), tetapi yang dimaksud disini adalah
aksi pengelolaan yang sifatnya keterpaduan (integrasi) antar disiplin ilmu,
sektoral dan ekosistem.
Secara teori bahwa pengelolaan pesisir dan laut
memiliki banyak versi, dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah
itu. Ada pengelolaan berbasis co. manajement, pengelolaan berbasis keterpaduan
dan pengelolaan berbasis masyarakat. Terlepas dari teori-teori yang ada
pengelolaan Pantai di Kota Palu khususnya di sekitar Kelurahan Lere (atas dasar kondisi secara visual) adalah sangat
mendesak. Kalau kita pernah membaca bagaimana kondisi pesisir yang diposisikan
sebagai ‘keranjang sampah’ maka contoh yang konkrit adalah wilayah Pantai di sepanjang Kota Palu.
Semua hasil buangan kota tertampung di pantai baik sampah rumah tangga maupun limbah kota
(hotel, rumah sakit dan rumah makan). Selain itu, pasir pantai yang sudah agak
kehitaman bagi sebagian masyarakat sekitar adalah tempat pembuangan hajat
sehingga bau yang tak sedap menambah citra kekotoran Pantai di Kota palu.
Selain itu, penataan para pedagang (ikan, sembako, makanan
dan lainnya) di sekitar pantai tampak semrawut
dan kotor (baik penjual maupun pembeli sama-sama tidak sadar akan kebersihan).
Untuk itu, selain pengelolaan pantai juga dilakukan penataan kondisi pasar. Dalam hal ini lebih cocok dilakukan dengan konsep keterpaduan
(integrasi) yaitu suatu proses yang diawali dengan langkah perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian yang dilakukan antarsektor Pemerintah
Daerah dan sektor swasta, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen.
Keterlibatan masyarakat khususnya yang berada di
sekitar Kelurahan Lere dalam pengelolaan
pantai adalah yang
paling besar terutama kesadaran akan kebersihan lingkungan pantai. Terutama para
pedagang yang dengan cara menahan diri
untuk tidak membuang sampah langsung ke pantai. Kedengarannya sangat sederhana
tetapi kalau dilakukan dengan penuh kesadaran maka akan sangat mendukung
terciptanya kebersihan laut dan pantai.
Intervensi pemerintah sangat diperlukan melalui
institusi yang berkewenangan dalam pengelolaan pantai seperti Dinas Pariwisata,
Dinas Tata Kota dan Pertamanan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas
Perhubungan, Bappeda, Pemerintah Kecamatan dan seterusnya. Institusi tersebut
berkewajiban membuat perencanaan termasuk program yang mengarah pada
pengelolaan Pantai Kota Palu. Dengan demikian diharapkan kepedulian terhadap
pantai khususnya
di Kelurahan Lere akan meningkat yang juga berarti bahwa kepedulian terhadap
lingkungan bersih, kebersihan pantai, lahan mata pencaharian masyarakat (pedagang dan nelayan tradisonal), tempat wisata dan lainnya
yang semuanya mengarah kepada peningkatan PAD dan kesejahteraan masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik melalui makalah
ini sebagai berikut:
1. Penyebab dari
tercemarnya wilayah pantai di Kelurahan Lere adalah karena kurangnya kesadaran
kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya hidup bersih terutama para pedagang
yang berjualan di sekitar area pantai tersebut.
2. Dampak yang
ditimbulkan atas pencemaran tersebut adalah terjadi kerusakan ekosistem pantai
dan lambat laun akan berpengaruh pada manusia.
3. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menumbuhkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup bersih.
B.
Saran
Masyarakat
harus menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam pemanfaatan sumber daya harus memperhatikan dampak
yang timbul dari penggunaan sumber daya tersebut terhadap
lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.
keren
BalasHapus