Rabu, 04 Juli 2012

PENCEMARAN LINGKUNGAN PANTAI; KELURAHAN LERE, PALU BARAT


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari seperempat abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1972 di stockholm, Swedia diselenggarakan konferensi PBB yang bertemakan lingkungan hidup. Konferensi lingkungan hidup itu dikenal sebagai konferensi Stocholm dan tanggal pembukaan konferensi yaitu tanggal 5 Juni disepakati sebagai hari Lingkungan Hidup sedunia. Tema pada konferensi Scothalm yang berlangsung pada tanggal 5-16 juni tersebut adalah “ The Only One Eart “ yang dalam bahasa Indonesia diartikan “ Hanya Satu Bumi. Demi perhatian terhadap kondisi lingkungan hidup , Konferensi Stockholm menyetuji dibentuknya sebuah badan urusan PBB yang bertugas mengurus permasalah lingkungan yaitu united Nation Environmental Programe (UNEP) yang bermarkas di Nairobi, Kenya.

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.

Lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok biotik (flora darat dan air, fauna darat dan air), kelompok abiotik ( sawah, air dan udara) dankelompok kultur (ekonomi, sosial, budaya serta kesehatan masyarakat).
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera diatasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.  Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal kami membahas masalah mengenai pencemaran lingkungan khususnya wilayah di sepanjang pesisir Kota Palu. Adapun tempat yang menjadi perhatian kami adalah wilayah pantai yang berada di Kelurahan Lere. Dimana kondisi ekosistem pantai di wilayah tersebut saudah termasuk dalam posisi memprihatinkan. Hal inilah yang menjadi latar belakang kami mengangkat topik masalah tersebut.





B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran pada pantai di kelurahan Lere ?
2.      Apa dampak yang ditimbulkan terkait pencemaran tersebut ?
3.      Bagaimana solusi yang tepat untuk mencegah terjadinya pencemaran pada pantai khususnya di wilayah Kelurahan Lere ?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pada makalah ini yaitu sebagai berikut      :
1.      Dapat memahami proses terjadinya pencemaran pada pantai.
2.      Dapat memahami dampak yang ditimbulkan oleh pencemran pada pantai.
3.      Dapat mengetahui solusi untuk mencegah terjadinya pencemaran pada pantai.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan hidup biasa juga disebut dengan lingkungan hidup manusia (human environment) atau dalam sehari-hari juga cukup disebut dengan "lingkungan" saja. Unsur-unsur lingkungan hidup itu sendiri biasa nya terdiri dari: manusia, hewan, tumbuhan, dll. Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Istilah lingkungan hidup, dalam bahasa Inggris disebut dengan environment, dalam bahasa Belanda disebut dengan Millieu, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut dengan I'environment. Lingkungan terbagi 2 yaitu Biotik dan Abiotik dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mikroba.
  2. Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.

B.     Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:
1.   Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2.   Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.
3.   Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.



C.    Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
a)      Komponen-komponen Pembentuk Ekosistem
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah :
1.      Biotik merupakan komponen makhluk hidup, misalnya hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mikroba.
2.      Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme.
b)      Tipe-tipe Ekosistem
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan, yaitu :
·         Ekositem air.
Ciri-ciri ekosistem air antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam ekosistem air.
Sebagai contoh adalah ekosistem sungai. Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan lain-lain.
·         Ekosistem darat/ terestrial
Penentuan zona dalam ekosistem terestrial/darat ditentukan oleh temperatur dan curah hujan. Iklim sangat penting untuk menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu. Pola ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.
·         Ekosistem buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan antara lain :
*    bendungan
*    hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
*    agroekosistem berupa sawah tadah hujan
*    sawah irigasi
c)      Satuan makhluk Hidup Dalam Ekosistem
*    Individu
Individu adalah satu makhluk hidup, misalnya seekor semut, seekor burung dan sebuah pohon.
*    Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang dapat berkembangbiak serta berada pada tempat yang sama dan dalam kurun waktu yang sama. Contoh populasi adalah sekelompok semut di atas meja.
*    Komunitas
Komunitas adalah kumpulan beberapa macam populasi yang menempati daerah yang sama pada waktu yang sama, contohnya komunitas hutan jati, padang rumput dan hutan pinus.
*    Ekosistem
Ekosistem adalah kesatuan komunitas dan lingkungannya yang membentuk suatu hubungan timbal balik di antara komponen-komponennya. Komponen suatu ekosistem mencakup seluruh makhluk hidup dan makhluk tidak hidup yang terdapat di dalamnya.
*    Bioma
Bioma adalah suatu ekosistem darat yang khas dan luas cakupannya.
*    Biosfer
Biosfer adalah berbagai bioma di permukaan bumi yang saling berhubungan dan membentuk sistem yang lebih besar lagi.

D.    Komponen Lingkungan Hidup
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Komponen lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:


1.   Lingkungan Fisik
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
Penanganan unsur fisik apabila tidak ditangani secara serius maka akan berdampak pada lingkungan hidup. Misalnya, pemakaian kendaraan bermotor yang mana limbahnya menghasilkan gas CO, serta gas-gas berbahaya lainnya. Hal ini apabila tidak ada upaya meminimalisir limbah tersebut maka lambat laun akan mencemari udara yang juga sebagai unsur fisik tersebut.


2.   Lingkungan Biologis
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun atau taman, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam suatu ruangan, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia. Lingkungan hidup memiliki kaitan erat unsur hayati (biotik). Dimana permasalahan-permasalahan lingkungan yang sering terjadi disebabkan tidak adanya keprihatinan tentang faktor biologis itu sendiri. Misalnya, sampah organik yang dibiarkan berserakan di sekitar pemukiman penduduk maka akan berdampak bahaya seperti munculnya berbagai penyakit yang diakibatkan oleh bakteri, virus, dsb

3.   Lingkungan Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat. Unsur sosial budaya lebih mengajarkan kepada kita tentang makna pelestarian lingkungan hidup. Sehingga apabila hal ini telah ditanamkan sejak kecil maka akan menjadi tradisi atau budaya secara turun temurun guna melestarikan dan menjaga lingkungan hidup.

4.   Lingkungan Sosial Ekonomi
Setiap hari jumlah manusia semakin baertambah dan pastinya seiring dengan hal itu kebutuhan ekonomi juga terus meningkat. Beberapa daerah di Indonesia bisa mengimbangi hal tersebut dengan didirikannya pabrik-pabrik dan industri-industri yang dianggap mampu mengurangi angka pengangguran ditingkat sosial masyarakat. Ketertinggalan ini adalah salah satu faktor yang kengakibatkan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat menjadi lemah. Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam memajukan perekonimian suatu bangsa. Apabila SDM dan SDA suatu bangsa memadai maka otomatis hasilnya akan berdampak positif. Akan tetapi apabila hal itu tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya seperti daerah yang sulit untuk dijangkau baik dengan transportasi maupun komunikasi, beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumber daya alam, atau memiliki sumber daya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi atau daerah tertinggal yang diakibatkan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, secara umum tingkat pendidikan di daerah tertinggal tergolong rendah, hal inipun berpengaruh pada aspel sosial dan ekonomi.

5.   Kesehatan Masyarakat
Faktor kesehatan masyarakat sangat berhubungan erat dengan kondisi lingkungan hidup. Dimana dengan memlihara dan menjaga suatu lingkungan maka akan mengurangi dampak negatif yang sering menimbulkan gangguan pada kesehatan masyarakat. Maka dari itu untuk menciptakan kondisi kesehatan masyarakat yang benar-benar perlu penjagaan dan pemeliharaan lingkungan agar senantiasa bersih dan sehat.

E.   Kerusakan Lingkungan Hidup
            Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.   Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
        Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
*      Letusan gunung berapi
*      Gempa bumi
*      Angin topan
2.      Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
*      Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
*      Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
*      Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.












BAB III
STUDI KASUS

            Secara Administratif, Kota Palu adalah ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, berada pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu yang secara geografis terletak antara 0º,36” - 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” - 121º,1” Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Katulistiwa. Wilayah Kota Palu merupakan daerah lembah yang terletak pada ketinggian 0 – 700 meter dari permukaan laut dengan keadaan topografi datar hingga pegunungan sedang, dataran rendah pada umumnya tersebar di sekitar pantai teluk Palu dengan  tingkat  kemiringan  tanah  yaitu   0–5% hingga 5 – 40%. Kedudukan Kota Palu yang diapit oleh bukit-bukit dan pantai sehingga Kota Palu dikategorikan kota lembah. Berdasarkan kondisi tersebut maka suhu udara dipengaruhi oleh udara pegunungan dan udara pantai yang berakibat pada terdapatnya perbedaan suhu antar wilayah yang dipengaruhi suhu pengunungan dengan temperatur berkisar antara 25 0C – 31 0C, sedangkan wilayah yang dipengaruhi oleh suhu pantai bertemperatur antara 310C – 37 0C dengan kelembaban berkisar antara 70-86%.
            Kota Palu mendapat julukan sebagai “Kota Teluk” yang disebabkan  wilayah kotanya berbatasan langsung dengan pesisir pantai. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kota Palu sendiri. Tetapi seiring dengan perkembangan Kota Palu yang berjalan walaupun lambat kebersihan wilayah sepanjang pesisir pantai seakan tidak dihiraukan. Pesisir pantai yang penuh dengan sampah warga, pendangkalan dan airnya yang keruh karena sedimentasi tinggi ditambah lagi pohon-pohon nyiur melambai sudah hilang dalam pandangan dan semakin mendukung kuat julukan Palu sebagai kota gersang. Pantai sudah tidak bisa menjadi tempat wisata bahkan dipandangpun sudah tidak enak bagi penduduk apalagi pendatang di Kota Palu, wilayahnya yang penuh sampah berserakan dan airnya yang tampak coklat akibat sedimentasi tinggi dan pendangkalan.
            Berkaitan dengan hal diatas kami melakukan studi penelitian terhadap salah satu wilayah pantai di Kota Palu yang mungkin sudah sangat memprihatinkan kondisinya baik dari segi fisik, biologis, maupun sosial budaya. Adapun tempat yang dimaksud adalah berada di wilayah Kelurahan Lere dan lokasinya berada tepat di belakang pasar. Salah seorang warga berkata bahwa pasar ikan ini sudah berdiri bersamaan dengan terselesainya pembangunan Jembatan Ponulele (Ikon Kota Palu).  Kebetulan lokasi tersebut berjarak 100 meter dari Jembatan Ponulele sehingga sudah sewajarnya menjadi pusat keramaian.

Dari kedua gambar diatas terlihat jelas wilayah  pantai dimana posisinya berada tepat di belakang sebuah pasar ikan di Keurahan Lere.

A.    Penyebab pencemaran pantai di Lelurahan Lere
Telah dipahami bahwa pengotoran dan ketidakpedulian terhadap keberlangsungan Pantai khususnya di Kelurahan Lere adalah efek dari pembangunan kota yang selalu berorientasi pada pembangunan daratan (continental orientation) kotanya seperti : pembangunan infrastruktur pemerintahan, pasar dan rumah toko sebagai penopang kegiatan bisnis dan kurang memprioritaskan pembangunan pesisir dan laut (coastal and marine orientation). Walaupun kemajuan kota-kota yang terletak di pesisir justru adalah karena memperhatikan dan mengunggulkan pembangunan wilayah pesisirnya.
            Posisi Pantai yang berada di tengah-tengah kota memang sangat rentan oleh aktivitas manusia yang sifatnya merusak lingkungan, seperti pemanfaatan ekosistem pantai yang tidak bertanggung jawab, tempat pembuangan sampah, sebagai tempat saluran akhir dari kota. Terlebih lagi apabila lokasinya terletak tepat di belakang pasar. Dari sejumlah tempat yang ada, wilayah pasar-lah yang mungkin menghasilkan limbah ataupun sampah paling banyak. Dan lebih memprihatinkan lagi sampah-sampah tersebut dibuang di sepanjang pesisir pantai khususnya di Kelurahan Lere tersebut. Hal ini memang sangat sulit untuk dibendung karena sifat manusia yang selalu ingin memanfaatkan jasa lingkungan secara gratis tanpa balas memelihara (free rider) dalam memenuhi kebutuhannya.

B.     Dampak Pencemaran pantai di Kelurahan Lere
Pencemaran pantai biasanya akan berdampak langsung ke ekosistem laut. Hal ini seperti masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak langsung. Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan Kapal. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah karena aktivitas manusia yang sering membuang sampah di pesisir pantai khususnya di kelurahan Lere.




Sampah-sampah berserakan di sepanjang pesisir pantai di Kelurahan Lere yang  diakibatkan oleh ulah manusia

Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem laut.  Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari  adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam  dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal seperti yang terjadi pada kasus yang terjadi di Teluk Minamata.
Bahan kimia anorganik lain yang bisa berbahaya bagi ekosistem laut adalah nitrogen, dan fosfor. Sumber dari limbah ini umumnya berasal dari sisa pupuk pertanian yang terhanyut kedalam perairan, juga dari limbah rumah tangga berupa detergent yang banyak mengandung fosfor. Senyawa kimia ini dapat menyebabkan eutrofikasi, karena senyawa ini merupakan nutrien bagi tumbuhan air seperti alga dan phytoplankton. Tingginya konsentrasi bahan tersebut menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air ini akan meningkat dan akan mendominasi perairan, sehingga menganggu organisme lain bahkan bisa mematikan.
Dari berbagai dampak pencemaran tersebut jelaslah bahwa upaya pelestarian pantai sangat dibutuhkan demi terjaganya ekosistem laut kita khusunya  yang berada di di sekitar Kelurahan Lere. Sekarang terlihat bahwa sumber pencemaran sangat bervariasi. Tidak hanya dari hal-hal yang menurut kita hanya bisa dilakukan oleh industri besar, namun juga bisa disebabkan oleh aktiftas harian  seperti membuang sampah, dsb.

C.    Upaya Mengatasi Pencemaran pantai di Kelurahan Lere
Dengan melihat kondisi dan permasalahan Pantai di Kelurahan Lere tersebut maka dirasakan sangat perlu peran dari pemerintah kota untuk melakukan aksi pengelolaan wilayah pesisir Teluk Palu secara meluas. Pengelolaan yang dimakud disini bukan hanya sekedar membuat papan peringatan, yang dibuatpun tanpa adanya pendekatan partisipatif sehingga sekarang justru terbengkalai dan rusak (tidak difungsikan), tetapi yang dimaksud disini adalah aksi pengelolaan yang sifatnya keterpaduan (integrasi) antar disiplin ilmu, sektoral dan ekosistem.
Secara teori bahwa pengelolaan pesisir dan laut memiliki banyak versi, dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah itu. Ada pengelolaan berbasis co. manajement, pengelolaan berbasis keterpaduan dan pengelolaan berbasis masyarakat. Terlepas dari teori-teori yang ada pengelolaan Pantai di Kota Palu khususnya di sekitar Kelurahan Lere (atas dasar kondisi secara visual) adalah sangat mendesak. Kalau kita pernah membaca bagaimana kondisi pesisir yang diposisikan sebagai ‘keranjang sampah’ maka contoh yang konkrit adalah wilayah Pantai di sepanjang Kota Palu. Semua hasil buangan kota tertampung di pantai baik sampah rumah tangga maupun limbah kota (hotel, rumah sakit dan rumah makan). Selain itu, pasir pantai yang sudah agak kehitaman bagi sebagian masyarakat sekitar adalah tempat pembuangan hajat sehingga bau yang tak sedap menambah citra kekotoran Pantai di Kota palu.
Selain itu, penataan para pedagang (ikan, sembako, makanan dan lainnya) di sekitar pantai tampak semrawut dan kotor (baik penjual maupun pembeli sama-sama tidak sadar akan kebersihan). Untuk itu, selain pengelolaan pantai juga dilakukan penataan kondisi pasar. Dalam hal ini lebih cocok dilakukan dengan konsep keterpaduan (integrasi) yaitu suatu proses yang diawali dengan langkah perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian yang dilakukan antarsektor Pemerintah Daerah dan sektor swasta, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen.
Keterlibatan masyarakat khususnya yang berada di sekitar Kelurahan Lere dalam pengelolaan pantai adalah yang paling besar terutama kesadaran akan kebersihan lingkungan pantai. Terutama para pedagang yang dengan cara menahan diri untuk tidak membuang sampah langsung ke pantai. Kedengarannya sangat sederhana tetapi kalau dilakukan dengan penuh kesadaran maka akan sangat mendukung terciptanya kebersihan laut dan pantai.
Intervensi pemerintah sangat diperlukan melalui institusi yang berkewenangan dalam pengelolaan pantai seperti Dinas Pariwisata, Dinas Tata Kota dan Pertamanan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perhubungan, Bappeda, Pemerintah Kecamatan dan seterusnya. Institusi tersebut berkewajiban membuat perencanaan termasuk program yang mengarah pada pengelolaan Pantai Kota Palu. Dengan demikian diharapkan kepedulian terhadap pantai khususnya di Kelurahan Lere akan meningkat yang juga berarti bahwa kepedulian terhadap lingkungan bersih, kebersihan pantai, lahan mata pencaharian masyarakat (pedagang dan nelayan tradisonal), tempat wisata dan lainnya yang semuanya mengarah kepada peningkatan PAD dan kesejahteraan masyarakat.


BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik melalui makalah ini sebagai berikut:
1.      Penyebab dari tercemarnya wilayah pantai di Kelurahan Lere adalah karena kurangnya kesadaran kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya hidup bersih terutama para pedagang yang berjualan di sekitar area pantai tersebut.
2.      Dampak yang ditimbulkan atas pencemaran tersebut adalah terjadi kerusakan ekosistem pantai dan lambat laun akan berpengaruh pada manusia.
3.      Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup bersih.

B.     Saran
Masyarakat harus menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam pemanfaatan sumber daya harus memperhatikan dampak yang timbul dari penggunaan sumber daya tersebut terhadap lingkungan sekitar agar tidak terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.

1 komentar: